Wajib! Jepang Atur Pasangan Punya 1 Nama Keluarga

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Wajib! Jepang Atur Pasangan Punya 1 Nama Keluarga

Ahmad Masaul Khoiri - detikTravel
Jumat, 25 Jun 2021 15:42 WIB
Ilustrasi pasangan suami istri Jepang
Ilustrasi pasangan suami istri Jepang (Foto: CNN)
Tokyo -

Jepang memutuskan bahwa mereka yang berpasangan harus menggunakan nama keluarga yang sama. Sebelumnya, tiga pasangan menggugat untuk mempertahankan nama keluarga mereka sendiri.

Seperti diberitakan CNN, pengadilan tinggi Jepang menolak gugatan itu pada hari Rabu (23/6/2021). Jadi, mereka harus menggunakan nama yang sama setelah menikah nanti.

Pengadilan berketetapan untuk tetap merujuk undang-undang yang menetapkan pasangan Jepang harus memilih satu nama keluarga. Keputusan ini adalah hal konstitusional, menurut media lokal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pasangan itu berpendapat bahwa ketentuan nama keluarga sama adalah hal diskriminatif. Mereka menunjuk pada meningkatnya dukungan publik Jepang untuk mengizinkan orang yang sudah menikah menggunakan nama keluarga yang berbeda.

Ini bukan pertama kalinya perdebatan ini muncul. Mahkamah Agung menolak gugatan serupa pada tahun 2015, yang diajukan oleh lima penggugat yang ingin mempermudah perempuan untuk mempertahankan nama gadis mereka.

ADVERTISEMENT

Hukum di abad ke-19 tidak menentukan pasangan mana yang harus mengubah nama keluarga mereka. Tapi, sebagian besar wanita mengambil nama suami mereka.

Lalu, banyak perempuan, pakar kesetaraan gender Jepang, dan bahkan komite PBB menyebut undang-undang ini sudah ketinggalan zaman dan menyerukan perubahan.

Perdebatan itu muncul kembali sebagai topik hangat di kalangan politisi setelah Yoshihide Suga menggantikan Shinzo Abe. Ia dianggap memiliki pandangan yang lebih konservatif tentang masalah ini, sebagai perdana menteri tahun lalu.

Sementara beberapa anggota parlemen dalam koalisi yang berkuasa mendukung memungkinkan pasangan untuk memutuskan nama apa yang akan mereka gunakan dan sayap konservatif dari Partai Demokrat Liberal (LDP) yang berkuasa menentangnya.

Mereka mengatakan langkah seperti itu akan merusak persatuan keluarga dan bertentangan dengan tradisi Jepang.




(msl/fem)

Hide Ads