Penelitian Balai Arkeologi Papua di Kampung Abar, Distrik Ebungfauw, Kabupaten Jayapura berhasil menemukan situs megalitik Khulutiyauw. Situs ini berada di perbukitan sebelah barat Kampung Abar.
Untuk menuju situs ini, peneliti harus berjalan kaki sekitar 30 menit menyusuri jalan kampung. Kemudian, dilanjutkan dengan melewati jalan setapak di kaki bukit yang keseluruhannya ditumbuhi rumput ilalang.
Tinggalan megalitik yang ditemukan di Situs Khulutiyauw berupa papan batu dan menhir. Kedua benda megalitik ini pada masa lalu berfungsi sebagai media pemujaan terhadap roh nenek moyang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Papan batu dan menhir ini berada di lokasi paling tinggi di situs Khulutiyauw.
Tinggi menhir 57 cm dengan lebar 28 cm. Papan batu berukuran panjang 180 cm, lebar 134 cm dan tebal 34 cm. Berada pada ketinggian 90 m dpl.
Hasil survei permukaan tanah di Situs Khulutiyauw ditemukan banyak pecahan gerabah.
Berdasarkan temuan pecahan gerabah ini, penelitian dilanjutkan dengan ekskavasi atau penggalian tanah di puncak Bukit Khulutiyauw. Ekskavasi dilakukan pada bagian puncak bukit yang datar serta permukaannya ditemukan banyak pecahan gerabah, hal ini untuk mengetahui potensi tinggalan arkeologi di dalam tanah serta untuk mengetahui kronologi situs.
Hasil ekskavasi menunjukkan pecahan gerabah hanya ditemukan di permukaan tanah dan pada lapisan tanah bagian atas saja. Hasil ekskavasi tidak menemukan jejak hunian prasejarah maka diperkirakan Bukit Khulutiyauw pada masa lalu berkaitan dengan religi.
Upacara pemujaan dilakukan dengan media menhir dan papan batu, seusai upacara dilanjutkan dengan makan papeda bersama-sama. Itu berdasarkan banyaknya pecahan gerabah yang ditemukan.
Situs Khulutiyauw, sangat instagramable, berada di perbukitan savana dengan latar belakang Danau Sentani. Pada masa prasejarah, puncak bukit atau tempat yang tinggi dianggap sebagai tempat sakral, dipercaya sebagai tempat tinggal roh nenek moyang.
Situs megalitik Khulutiyauw dapat dijadikan destinasi wisata untuk mendukung Festival Makan Papeda dalam Gerabah yang selalu diadakan tiap 30 September di Kampung Abar.
---
Artikel ini dibuat oleh Hari Suroto dari Balai Arkeologi Papua dan diubah seperlunya oleh redaksi.
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!