Jepang sedang mengalami penurunan angka kelahiran. Pemerintah mengiming-imingi warganya dengan uang ratusan juta agar punya banyak anak.
Angka kelahiran di Jepang merosot selama beberapa dekade ini. Memang saat kita melihat isi komuter Tokyo masih ramai, namun kelahiran generasi baru di sana sangatlah rendah.
Situasi itu menjadi masalah bagi pensiun Jepang, asuransi kesehatan, dan kesejahteraan sosial, serta sistem ekonomi lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diberitakan SoraNews, Sabtu (17/7/2021) karena rendahnya angka kelahiran di Jepang, pemerintah pusat maupun daerah terus-menerus mencari inisiatif baru untuk mendorong warga agar memiliki lebih banyak anak. Dan, rencana terbaru dari kota Sado, Prefektur Niigata, adalah memberi orang tua 2 juta yen (sekitar Rp 263 juta) untuk memiliki anak ketiga, dan juga untuk setiap anak lagi setelah itu.
Tentu saja, bukan berarti pejabat datang ke RS pas lahiran dan memberikan segepok uang. Adapun, hibah ini dimaksudkan untuk membantu biaya membesarkan anak dan pendidikan.
Orang tua menerima pembayaran 200 ribu yen pada saat kelahiran anak, diikuti dengan nominal 400 ribu yen, 500 ribu yen, dan 800 ribu yen setelah si anak berusia 6, 12, dan 15 tahun. Itu kira-kira sesuai dengan usia anak mulai sekolah dasar, menengah, dan sekolah menengah atas.
Dikombinasikan dengan program Sado terpisah yang dimulai awal tahun yang memberikan hibah 100 ribu yen untuk setiap kelahiran di kota, total pembayaran untuk setiap anak ketiga atau lebih baru mencapai 2 juta yen.
Kenapa anak ketiga yang diberi dana hibah?
Dari hasil survei yang dilakukan Sado tahun lalu di antara rumah tangga di kota yang sudah memiliki anak menanyakan seberapa besar keluarga ideal yang mereka inginkan. Lebih dari separuh responden mengatakan mereka ingin memiliki tiga anak, namun keluarga besar seperti itu akan menyulitkan mereka secara ekonomi.
Strategi Sado yang berfokus pada keluarga yang sudah memiliki anak masuk akal. Karena gaya hidup orang Jepang terus berevolusi dan menjadi lebih beragam, tekanan sosial untuk memiliki anak relatif lebih sedikit dibandingkan generasi sebelumnya, dan dengan demikian semakin banyak orang yang tidak tertarik untuk memiliki anak sendiri.
Menghormati kebebasan mereka untuk membuat pilihan itu. Dan berkonsentrasi pada pasangan yang telah memutuskan ingin menjadi orang tua, tetapi ragu-ragu untuk mengembangkan keturunan mereka karena masalah anggaran.
Tentu saja ada pro dan kontra dari kebijakan ini. Bagi pasangan yang baru berencana mempunyai anak, tentu menunggu anak ketiga butuh waktu yang lama.
Namun bagi orang-orang yang ingin keluarga besar, dana hibah ini cukup besar dan membantu, bukan? Diharapkan program ini menjadi motivasi ekstra bagi warga Sado di Jepang untuk memiliki banyak anak.
(sym/fem)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum