Serba Mahal Imbas Perang, Warga di Negara Ini Kurban Ayam

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Serba Mahal Imbas Perang, Warga di Negara Ini Kurban Ayam

Femi Diah - detikTravel
Rabu, 21 Jul 2021 06:11 WIB
A boy looks at a giant Yemeni flag flying at the historic 12th cehntury citadel of al-Qahira in Yemens third city of Taez, on July 18, 2021, ahead of celebrations of the Muslim holiday of Eid al-Adha. - Known as the
Anak-anak di Taez (Foto: AFP/AHMAD AL-BASHA)
Taez -

Beberapa warga di kota Taez, Yaman merayakan Idul Adha 2021 dengan mengurbankan ayam. Imbas perang besar apa-apa serba mahal.

Dikutip dari AFP, salah satu penduduk Taez yang berkurban ayam di Idul Adha adalah Fadel al-Sbei. Ia mengurbankan dua ayam untuk disembelih saat di hari raya kurban tahun ini.

Fadel merupakan ayah dari enam orang anak. Dia hanya mendapatkan upah USD 2 (sekitar Rp 29 ribu) per hari. Pekerjaannya sebagai pengiriman barang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dengan upah sebesar itu, Fadel cuma bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sulit bagi dia untuk membeli kambing, unta, atau sapi sebagai hewan kurban saat Idul Adha.

Dia tidak sendirian. Banyak warga Yaman hidup dalam kemiskinan akibat perang besar yang menjerumuskan mereka ke krisis kemanusiaan terburuk di dunia, berdasarkan data dari Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB).

ADVERTISEMENT

"Situasinya sangat buruk. Saya pergi ke pasar untuk membeli hewan kurban dan harganya sangat mahal. Saya tidak mampu membeli apapun," kata Fadel.

"Domba dan kambing dijual antara 150 ribu dan 200 ribu riyal (sekitar Rp 8,7 juta hingga Rp 11,6 juta). Saya hanya mampu membeli ayam untuk hari raya Idul Adha," Fadel menambahkan.

Alih-alih membeli daging kurban, Fadel bahkan kesulitan untuk membeli pakaian.

"Harga pakaian sangat mahal dan saya tidak bisa membelinya. Hidup ini sangat sulit," kata dia lagi.

Riyal Yaman mencapai level terendah. Di beberapa daerah USD 1 bisa senilai dengan 1.000 riyal Yaman.

Taez, kawasan yang dikepung pemberontak Huthi, menjadi daerah yang paling terdampak sejak konflik terjadi pada 2014. Kesulitan yang dirasakan Fadel juga dialami Mohammed al-Sharaabi.

"Harganya benar-benar gila. Kami tidak dapat membeli kambing karena harganya mahal. Tahun ini sulit membeli hewan kurban karena krisis dan kekuatan dolar serta riyal Saudi," kata Mohammed.

"Kami dalam keadaan yang sangat menyedihkan," dia menambahkan.

Halaman selanjutnya >>>> Situasi di Taez Berpotensi Makin Memburuk

Sekitar 5 juta jiwa warga Yaman berada di ambang kelaparan. Sementara itu, sekitar 50 ribu orang di Yaman hidup dalam kondisi kelaparan. Berdasarkan Program Pangan Dunia PBB (FAO), itu menjadi pertama kalinya tingkat kelaparan kritis dalam dua tahun.

Harga pangan telah melonjak 200 persen dibandingkan dengan tingkat sebelum perang. Sekitar 80 persen warga Yaman sekarang bergantung pada bantuan pangan internasional.

Perang di Yaman dimulai pada 2014 saat Ibu Kota Sanaa jatuh ke tangan pemberontak Huthi yang menentang pasukan dukungan Arab Saudi yang setia kepada pemerintah.

Umat muslim di Taez, Yaman  (Photo by AHMAD AL-BASHA / AFP)Umat muslim di Taez, Yaman (Photo by AHMAD AL-BASHA / AFP) Foto: AFP/AHMAD AL-BASHA

Pemberontak, yang didukung oleh musuh bebuyutan Riyadh yakni Iran, kini menguasai sebagian besar utara Yaman, termasuk Sanaa. Berdasarkan organisasi kemanusiaan, konflik itu telah merenggut puluhan ribu nyawa dan jutaan orang mengungsi.

Ekonom Yaman, Salem al-Maqtari, memperingatkan konsekuensi yang lebih mengerikan andai nilai uang Yaman terjun bebas.

"Penduduk bakal terus kesusahan," kata dia.



Simak Video "Berenang dan Berinteraksi Seru dengan Bayi Hiu di Banyuwangi"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads