Indonesia Jangan Sampai Kehilangan Predikat Pemilik Hutan Mangrove Terluas di Dunia!

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Indonesia Jangan Sampai Kehilangan Predikat Pemilik Hutan Mangrove Terluas di Dunia!

Femi Diah - detikTravel
Selasa, 27 Jul 2021 11:02 WIB
Mangrove Kulon Progo cocok buat kamu yang ingin santai menikmati alam sambil berfoto
Hutan mangrove Foto: detikcom
Jakarta -

Indonesia memegang predikat bergengsi sebagai pemilik hutan mangrove terluas di dunia. Yuk, jangan biarkan status itu tergeser.

Luas hutan mangrove di Indonesia mencapai 3.496.768 hektare yang tersebar dari pesisir Aceh hingga Papua. Luas hutan mangrove Indonesia mencakup 22,4% luasan mangrove dunia.

Tapi, pada saat yang sama, Indonesia merupakan penyumbang kerusakan hutan mangrove tertinggi di dunia. Fenomena di atas menarik perhatian luas berbagai kalangan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Permasalahan kerusakan mangrove seolah tak kunjung selesai. Selain dukungan, rehabilitasi, dan restorasi ekosistem mangrove memerlukan strategi yang tepat.

Beberapa laporan menemukan adanya kegagalan dalam rehabilitasi mangrove di tanah air. Salah satu penyebabnya adalah paradigma bahwa rehabilitasi ekosistem mangrove hanya sebatas menanam kembali bibit mangrove. Padahal, program rehabilitasi memerlukan langkah-langkah yang matang, dimulai dari perencanaan hingga evaluasi.

ADVERTISEMENT

Manajer Program Ekosistem Kelautan Yayasan KEHATI Yasser Ahmed melihat perlunya pendampingan pada pada program rehabilitasi ekosistem mangrove yang dilakukan oleh beberapa pegiat CSR di Indonesia.

Perbaikan ekosistem mangrove tidak semudah membalikkan telapak tangan, menanam bibit, kemudian ditinggal. Rehabilitasi ekosistem mangrove memerlukan intensitas dan keterlibatan beberapa pihak, terutama masyarakat yang tinggal di kawasan rehabilitasi.

"Kerusakan mangrove bersangkutan dengan aktivitas manusia, terutama masyarakat sekitar, sehingga perbaikannya pun harus melibatkan mereka," ujar Yasser dalam rilis kepada detikTravel, Selasa (27/7/2021).

Penanaman mangrove harus memperhatikan tiga aspek penting, yaitu ekologi, sosial, dan ekonomi.

Secara ekologi, pemulihan mangrove perlu memperhatikan kondisi lahan dengan kesesuaian jenis mangrove yang ditanam, sehingga bibit mangrove dapat bertahan dan beradaptasi di lokasi tanam. Itu disebut dengan zonasi mangrove.

Indonesia memiliki kekayaan jenis mangrove tertinggi di dunia. Namun, ketika jenis mangrove tertentu ditanam bukan pada habitatnya, walau masih pada ekosistem mangrove, maka mangrove yang ditanam tidak akan tumbuh maksimal, bahkan mati.

Selanjutnya

Secara sosial, pelibatan masyarakat sekitar pada kegiatan rehabilitasi mangrove menjadi penting. Pegiat CSR harus menempatkan masyarakat setempat sebagai subyek sekaligus mitra untuk mencapai tujuan bersama. Dari awal, semua pihak harus memilik mindset bahwa tanggung jawab dan keberhasilan harus ditanggung dan dirasakan bersama.

Terkait aspek ekonomi, program rehabilitasi mangrove dapat meningkatkan pendapatan masyarakat melalui kegiatan budi daya perikanan, ekowisata, dan pengelolaan buah mangrove menjadi kuliner khas daerah setempat.

Area rehabilitasi mengrove yang berhasil dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata oleh Yayasan KEHATI antara lain, Desa Pandansari Brebes di Jawa tengah, Desa Binanga Kabupaten Majene Sulawesi Selatan, dan beberapa daerah lain yang sedang dalam proses pengembangan.

"Secara garis besar, ketepatan dalam mengonsepkan program rehabilitasi mangrove merupakan kunci sukses keberhasilan rehabilitasi mangrove. Hal ini dimulai dari penyusunan perencanaan, implementasi dan monitoring serta evaluasi program rehabilitasi dengan memperhatikan aspek ekologi, sosial dan ekonomi," kata Yasser.



Simak Video "Jaga Lingkungan, Pertamina Dukung Bank Sampah & Mangrove"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads