UNESCO meminta pemerintah Indonesia untuk menyetop proyek yang ada di Taman Nasional Komodo karena dianggap berpengaruh pada nilai universal luar biasa hingga AMDAL. Begini tanggapan awal dari Menparekraf Sandiaga Uno.
Dalam temu wartawan mingguan secara daring, Senin (2/7/2021), Sandiaga mengatakan sedang meminta rekomendasi meeting dari UNESCO tersebut. Ia tidak ingin menyatakan sesuatu berdasarkan hal yang belum pasti.
"Saya ingin melihat secara detil dan membahas line by line dari diskusi yang dilakukan pada meeting menjadi referensi tersebut. Karena ini sangat penting," tegas Sandiaga.
Sandiaga menyebut bahwa informasi yang beredar saat ini sedikit berbeda dengan laporan internal Kemenparekraf. Karena, pemerintah sekali lagi ingin membuat destinasi liburan yang ramah lingkungan juga berkelanjutan.
"Karena ini tadi dibicarakan di rapim kita bahwa yang berkembang di pers di luar itu kemungkinan sedikit berbeda dengan apa yang menjadi catatan kita terhadap meeting yang terjadi di UNESCO," kata Sandiaga.
"Termasuk outstanding universal value tentang rencana strategis pemerintah di kawasan super prioritas ini, kerugian dan lain sebagainya," imbuh dia.
"Bagi kami tentunya fokus daripada Labuan Bajo dan lima destinasi super prioritas ini adalah menghadirkan pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan lingkungan," kata dia lagi.
Jadi, kata Sandiaga, apapun yang akan pemerintah lakukan di Labuan Bajo itu akan berdasar terhadap kajian dari dampak lingkungan hidup. Dan penyusunan AMDAL ini harus juga akan dikoordinasikan dengan KLHK.
"Nanti pada akhirnya tujuannya ini juga mengarahkan kita kepada Taman Nasional Komodo yang dikelola dengan penuh kehati-hatian. Agar biodiversity, agar ekosistemnya tidak terganggu," jelas dia.
Sandiaga juga menyebut akan adanya penyiapan travel pattern yang mengembangkan sisi-sisi lain dari Labuan Bajo sebagai destinasi super prioritas. Jadi ada beberapa destinasi yang nanti akan lebih ditujukan kepada kunjungan wisatawan yang lebih banyak. "Sementara yang khusus di daerah sangat-sangat terbatas ini kunjungannya berbasis ecotourism," tegas dia.
Simak Video "Video: Katedral Koln Jerman Selamat di PD II, Kok Bisa?"
(msl/ddn)