Sudah Tahu? Ini Cara UNESCO Susun Daftar Situs Warisan Dunia

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Sudah Tahu? Ini Cara UNESCO Susun Daftar Situs Warisan Dunia

CNN Indonesia - detikTravel
Selasa, 03 Agu 2021 08:43 WIB
Taman Nasional Komodo
Ilustrasi Komodo (Putu Intan/detikTravel)
Jakarta -

Belakangan, tak sedikit situs warisan dunia UNESCO yang dicabut karena satu dan lain hal. Berikut cara UNESCO menentukan daftar bergengsi itu.

Sejak 16 Juli 2021, semua mata tertuju pada UNESCO, badan yang berbasis di Prancis yang menganugerahkan peringkat Situs Warisan Dunia di beberapa tempat paling indah, bersejarah dan penting di dunia.

Selama bertahun-tahun, pengumuman penambahan baru ke daftar UNESCO melahirkan banyak kegembiraan, setidaknya di dunia pariwisata. Hanya musim pengumuman 2021 yang berlangsung secara virtual di kota Fuzhou, China, disebut secara signifikan lebih dramatis.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Situs Warisan Dunia UNESCO 2020-2021Situs Warisan Dunia UNESCO 2020-2021 Foto: CNN

Pertama soal tarik ulur antara Australia dan UNESCO, atas diskusi yang terakhir tentang apakah akan menambahkan Great Barrier Reef ke daftar resmi "situs dalam bahaya."

Akhirnya situs gugusan terumbu karang terbesar di dunia itu lolos dari "daftar neraka," sementara status kota Liverpool dicabut sepenuhnya, yang menurut UNESCO karena hilangnya atribut yang menyampaikan nilai universal luar biasa dari properti itu.

ADVERTISEMENT

Dengan segala drama dalam penentuan predikat bergengsi itu, ada satu pertanyaan yang belum terjawab: Apa untungnya masuk Daftar Situs Warisan Dunia UNESCO?

Siapa yang berhak masuk daftar elit UNESCO?

Dengan 1.153 situs Warisan Dunia dalam daftar UNESCO, tentu saja ada beragam keunikan yang menjadi faktor pemberian predikat tersebut.

"Warisan" dapat didefinisikan dalam banyak cara, dan UNESCO membagi situs menjadi tiga kategori: signifikansi budaya, signifikansi lingkungan atau kombinasi keduanya.

Di antara lebih dari seribu nama dalam daftar UNESCO, terdapat sejumlah situs sejarah yang menjadi objek wisata populer di dunia; Machu Picchu, kanal Venesia, Grand Canyon dan Angkor Wat.

Proses nominasi sangat melelahkan, memakan waktu dan mahal. Banyak negara berkembang memiliki situs yang dapat dan harus diakui untuk kepentingan global, tetapi mereka tidak mampu membayar waktu dan uang yang diperlukan untuk menyusun kampanye.

"Durasi minimum dari pencalonan sampai nominasi adalah dua tahun, tetapi biasanya memakan waktu lebih lama," seorang perwakilan UNESCO menjelaskan seperti diberitakan CNN Indonesia.

"Negara-negara harus terlebih dahulu memasukkan situs yang ingin mereka nominasikan ke dalam Daftar Tentatif, yang diserahkan ke UNESCO. Mereka kemudian harus melengkapi file nominasi yang harus berisi informasi tentang atribut situs dan mekanisme pengelolaan dan perlindungan yang diterapkan untuk situs tersebut."

Setelah nominasi diajukan, bukan berarti perjalanan telah berakhir. Banyak situs yang tidak masuk nominasi pada pencalonan pertama mereka.

UNESCO dapat mengirimkan kembali catatan atau saran tentang cara sebuah situs meningkatkan nominasi. Beberapa ada yang merana dalam daftar "sedang dipertimbangkan" selama bertahun-tahun.

Tapi tidak semua negara di dunia bersemangat dalam mengajukan pencalonan. Beberapa ada yang bersaing bak Olimpiade, beberapa ada yang tidak peduli.

Meskipun UNESCO menganggap dirinya sebagai organisasi apolitis, kantor pusatnya berada di Paris, yang berarti bahwa beberapa kritikus menuduh organisasi tersebut terlalu Eropa-sentris.

Bersama-sama, Eropa dan Amerika Utara memiliki 545 situs tertulis yang mencakup lebih dari setengah daftar total. Negara Italia memiliki 58, sedangkan benua Afrika hanya memiliki 98.

Jika Stonehenge yang sudah menjadi ikon, ada Joya de Ceren yang kurang terkenal di El Salvador yang masuk daftar bergengsi ini.

Situs UNESCO pertama dan satu-satunya di Fiji, kota pelabuhan Levuka, bahkan baru ditemukan pada tahun 2013.

Selanjutnya: Masuknya sebuah situs ke daftar UNESCO bisa memberi efek

Maria Gravari-Barbas adalah koordinator program 'Pariwisata, Budaya, Pembangunan' UNESCO di Sorbonne di Paris, dan dia mengatakan kalau predikat ini bisa menjadi promosi wisata yang tak ternilai demi mendatangkan lebih banyak wisatawan domestik dan mancanegara.

"Ya, jelas ada perbedaan," katanya. "UNESCO sangat terkenal di kalangan turis."

Memiliki dukungan "nama merek" internasional dapat menjadi faktor penentu mengapa seorang pelancong memilih satu tempat liburan potensial daripada yang lain.

"Orang-orang mencari daftar itu," ujarnya.

Salah satu yang menelusuri daftar tersebut adalah Michael Turtle, seorang travel blogger asal Australia yang telah mengunjungi 322 Situs Warisan Dunia UNESCO.

"Jika Anda menyatukan museum atau galeri yang mencoba menceritakan sejarah dunia, Situs Warisan Dunia adalah tempatnya," katanya.

Turtle, yang bukunya berjudul 'Great World Wonders: 100 Remarkable World Heritage Sites' akan diterbitkan pada bulan Agustus, mengaku sebagai "penggemar wisata daftar UNESCO".

ia mengandalkan UNESCO untuk mengarahkannya ke tempat-tempat paling penting di negara atau kota tertentu.

"Apa yang terjadi adalah Anda akhirnya pergi ke beberapa tempat yang mungkin belum pernah Anda dengar sebelumnya. Tetapi dengan pergi ke sana, Anda menemukan seluruh bagian negara ini, warisannya, budayanya yang tidak akan Anda ketahui sebelumnya."

Gravari-Barbas menunjukkan bahwa dengan penunjukan UNESCO maka datang investasi infrastruktur pariwisata yang lebih dalam - semua pengunjung baru akan membutuhkan tempat tidur untuk tidur, restoran untuk makan, dan suvenir untuk dibeli. Lapangan pekerjaan lebih banyak terbuka.

Dampak baik sudah pasti didapat. Tetapi dampak buruk juga tidak ketinggalan: overtourism (serbuan turis).

Predikat vs pembangunan

Kota Liverpool ditambahkan ke daftar UNESCO pada tahun 2004 dan dihapus tahun ini.

UNESCO menyatakan proyek pembangunan yang akan datang, seperti stadion baru untuk tim sepak bola Everton, akan menghancurkan nilai sejarah yang membuat kota itu istimewa.

Bagi walikota, itu adalah keputusan yang menyedihkan.

"Kami bangga dengan sejarah kami," tulis Wali Kota Metro Liverpool, Steve Rotherham, dalam sebuah opini di situs Inggris iNews.

"Tapi Itu tidak berarti bahwa kita harus diam dan membiarkan kota ini hanya sebagai museum."

Rotherham menyebut keputusan UNESCO mengecewakan dan menyebutkan Situs Warisan Dunia lainnya yang juga dapat dianggap bersalah atas "kejahatan memodernisasi" di sekitar tengara kuno - contohnya restoran cepat saji yang ada di seberang jalan dari Piramida Giza.

"Tempat-tempat seperti Liverpool tidak boleh dihadapkan pada pilihan biner antara mempertahankan status warisan atau meregenerasi komunitas," tambahnya.

UNESCO menyatakan bahwa setiap situs yang dikeluarkan dari daftar warisan dapat mengajukan permohonan kembali dan pembatalan tidak bersifat permanen.

Namun hingga saat ini, belum pernah ada situs yang telah dihapus dari Daftar Situs Warisan Dunia UNESCO lalu kembali lagi dalam daftar bergengsi itu.


Hide Ads