Perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4 hingga 9 Agustus mendatang kian membenamkan sektor pariwisata di Kabupaten Bandung Barat.
Seperti diketahui, sektor pariwisata di Bandung Barat tak beroperasi sejak awal Juli lalu. Hal itu berkaitan dengan penerapan PPKM Darurat pada 3-20 Juli, lalu PPKM Level 3-4 pada 21 Juli-9 Agustus.
Wakil Ketua PHRI Bandung Barat Eko Supriyanto mengungkapkan kerugian yang dialami oleh pelaku wisata di Bandung Barat mencapai puluhan miliar. Namun angka tersebut dihimpun sejak awal pandemi COVID-19 menghantam Indonesia pada 2020 lalu.
"Catatan kita kerugian mencapai Rp 57,3 miliar. Angka itu baru dari 30 perusahaan anggota PHRI KBB. Kalau ditambah di luar anggota PHRI jumlahnya pasti jauh lebih membengkak," ungkap Eko saat dikonfirmasi.
Pandemi COVID-19 tak cuma berpengaruh pada kerugian materi. Namun imbasnya juga dirasakan para pegawai di sektor pariwisata. Berdasarkan catatannya, ada sebanyak 1.356 orang pegawai yang ikut terdampak karena harus dirumahkan sementara.
"Pekerja juga terdampak. Makanya pemerintah harus terus mengajak warga disiplin menjalankan prokes. Supaya kasus bisa ditekan dan kondisi normal bisa dirasakan kembali," ucap Eko.
Agar usahanya bertahan di sisa nafas yang ada, Eko bahkan mengambil langkah dengan menjual 12 ekor burung macau yang ada di wahana Grafika Bird Park. Harga jual 12 ekor burung macau itu ternyata cukup lumayan, menyentuh angka Rp 2 miliar. Koleksi macau miliknya dijual dengan harga beragam, paling murah seharga Rp 30 juta dan yang paling mahal mencapai Rp 200 juta.
"Ya harus berkorban. Akhirnya saya jual aset, 12 ekor burung macau saya jual untuk menutupi biaya operasional karena selama tutup ini kan tidak ada pemasukan. Sekarang masih ada sisa burung-burung kecil sama rusa di wahana kami. Mudah-mudahan kondisinya segera pulih dan objek wisata boleh buka kembali jadi enggak perlu ada aset yang dijual lagi," terang Eko.
Sementara itu Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) KBB Heri Partomo mengakui jika sektor pariwisata saat ini sedang berada pada kondisi kritis. Imbasnya banyak pelaku wisata yang menutup usahanya hingga merumahkan sebagian karyawan.
"Jelas prihatin dengan kondisi ini, tapi mau bagaimana lagi? Kondisinya serba sulit akibat COVID-19," ucap Heri.
Memang ada usulan dari pengusaha wisata agar penutupan dilakukan secara proporsional. Artinya bagi tempat wisata yang berada di luar zona merah tetap diizinkan beroperasi dengan tetap menerapkan protokol kesehatan ketat.
"Tapi sulit juga, masih terlalu berisiko karena banyak yang kasusnya akhirnya melonjak lagi," pungkas Heri.
Simak Video "Menikmati Kuliner dan Pemandangan Laut di Pulau Tabuhan, Banyuwangi"
(elk/ddn)