Diterpa Pandemi 16 Bulan, Industri Pariwisata DI Yogyakarta Rugi Rp 10 Triliun

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Diterpa Pandemi 16 Bulan, Industri Pariwisata DI Yogyakarta Rugi Rp 10 Triliun

CNN Indonesia - detikTravel
Kamis, 05 Agu 2021 11:30 WIB
Taman Wisata Candi Prambanan menutup kunjung wisata pada akhir pekan ini. Penutupan dilakukan guna menekan laju kasus COVID-19 di Yogyakarta.
Foto: ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah
Magelang -

Industri pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) disebut mengalami kerugian Rp 10 triliun selama 16 bulan pandemi COVID-19. Bisa kolaps tahun ini jika tak dibantu.

Ketua DPD Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) DIY, Bobby Ardyanto Setya Aji menyebut angka Rp10 triliun itu hanya mencakup kerugian industri pariwisata yang dijalankan 22 anggota atau asosiasi pariwisata di bawah GIPI DIY.

Itu tak termasuk dampak ikutan terhadap ekosistem turunan pariwisata, seperti usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) serta industri kreatif lainnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Nominal tersebut jika ditambah dengan dampak ikutan terhadap ekosistem turunan pariwisata, seperti UMKM dan industri kreatif lainnya, bisa mencapai Rp25 triliun," jelas Bobby dalam keterangannya seperti dikutip detikTravel dari CNN Indonesia Kamis (5/8/2021)

Objek wisata di Gunungkidul.Objek wisata di Gunungkidul yang tutup sementara (Pradito Rida Pertana/detikTravel)

Menurutnya, saat ini tak lebih dari satu hingga dua usaha jasa pariwisata (UJP) yang masih bisa beroperasi di saat masa PPKM Level 4. Itu pun tidak bisa optimal dan harus menutupi biaya operasional.

ADVERTISEMENT

"Kami minta Pemda bisa memberi supporting agar teman-teman di industri pariwisata bisa bertahan. Selama ini, kami belum memperoleh solusi apapun sehingga semakin banyak teman-teman di industri ini tutup. Baik temporary closed maupun permanently closed," harapnya.

GIPI DIY juga menuntut stimulus langsung kepada para pelaku industri dan profesi sepanjang pemberlakuan PPKM berupa pengurangan beban biaya tetap (fix cost) seperti BPJS, listrik, kelengkapan kewajiban administrasi industri, internet akses dan saluran komunikasi.

Selain itu, ada permintaan pengurangan beban biaya tidak tetap (variable cost) seperti relaksasi pajak dan perbankan.

Pihaknya pun merekomendasikan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X untuk mendorong pertumbuhan ekonomi khususnya di sektor pariwisata DIY serta meminimalisasi dampak lain dari regulasi perpanjangan PPKM ini.

Misalnya, pemakaian jasa pelayanan anggota GIPI DIY untuk tiap program atau kegiatan pemerintahan sebagai bentuk dukungan pemerintah terhadap industri pariwisata DIY

"Jika tidak, tahun ini kami benar-benar akan kolaps. Industri pariwisata benar-benar butuh bantuan dan langkah nyata," pungkas Bobby.

Sementara, Ketua Litbang GIPI DIY Ike Janita Dewi menyebut Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) DIY mencapai Rp 141 triliun. Pariwisata, kata dia, berkontribusi langsung 10 persen atau Rp 14 triliun.

"Dari jumlah Rp 14 triliun tersebut, pariwisata DIY kehilangan 70-80 persen. Jadi sekitar Rp 10-12 triliun lebih. Maka, perhatian pemerintah daerah untuk menyelamatkan pariwisata sangat ditunggu," tegas Ike.

Sebelumnya, Organisasi Angkutan Darat (Organda) DIY menyebut anggotanya merugi hingga Rp 600 miliar akibat penyebaran virus COVID-19 di Tanah Air beserta serangkaian kebijakan yang diberlakukan pemerintah.

"Satu tahunnya itu (kerugian) Rp 500 sampai Rp 600 miliar," kata Ketua Organda DIY Hantoro saat dihubungi, Selasa (3/8).

Situasi ini, kata Hantoro, dialami oleh 65 perusahaan angkutan pariwisata anggota Organda DIY. Kerugian disebabkan karena 817 unit kendaraan terpaksa dikandangkan selama pandemi COVID-19.




(rdy/rdy)

Hide Ads