Olimpiade Tokyo 2020 memang telah usai, namun kritikan tentang gelaran olahraga sejagat itu tetap ada. Di antaranya, soal jejak deforestasi dan ironi stadion yang sepi.
Rainforest Action Network (RAN) melaporkan adanya penggunaan bahan baku kayu lapis yang menghancurkan hutan hujan tropis Asia dalam pembangunan fasilitas Olimpiade Tokyo 2020.
Itu jadi ironi karena mereka telah berkomitmen untuk mengurangi dampak iklim dan mempromosikan konsumsi berkelanjutan dan bertanggung jawab. Terlebih lagi, Olimpiade Tokyo 2020 digelar tanpa penonton di tengah pandemi COVID-19 di Stadion Nasional yang baru.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini merupakan ironi, karena stadion yang dibangun dengan mengorbankan hutan hujan tropis kini kosong tanpa penonton, namun otoritas penyelenggara Olimpiade Tokyo 2020 tetap mengabaikan laporan kami yang jelas-jelas menunjukkan adanya pelanggaran terhadap komitmen keberlanjutan yang tercantum dalam Kode Sumber yang Berkelanjutan untuk pengadaan bahan baku Olimpiade Tokyo," ujat Toyo Kawakami selaku perwakilan RAN di Jepang dalam keterangannya, Selasa (10/8/2021).
Kawakami menuduh pihak penyelenggara Olimpiade Tokyo 2020 telah melakukan pencitraan palsu dari pemasaran hijau untuk tampil seolah-olah mereka menepati janji keberlanjutan mereka.
Penyelenggaraan Olimpiade Tokyo 2020 dianggap gagal mempertimbangkan jejak karbon dari ketergantungannya pada kayu tropis untuk kayu lapis bekisting beton. Mereka mengindahkan saran untuk penggunaan kayu lapis daur ulang dan penggunaan kayu Jepang.
Sebelumnya, RAN telah memperingatkan Komite Panitia Penyelenggara Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo terkait risiko penggunaan kayu lapis tropis. Bahkan, sebelum mereka mulai membangun Stadion Nasional yang baru.
Namun, panitia gagal mengindahkan peringatan ini sampai jaringan LSM menemukan penggunaan kayu lapis ShinYang dari Sarawak, Malaysia, di lokasi pembangunan Stadion Nasional Baru.
LSM menemukan bahwa pembangunan Stadion Nasional menggunakan kayu lapis oleh kelompok perusahaan kayu Sarawak bernama ShinYang untuk bekisting betonnya. Perusahaan itu merupakan sebuah perusahaan yang telah berulang kali dikaitkan dengan pembalakan, konflik lahan, dan praktek-praktek penebangan hutan yang tidak berkelanjutan.
Pada November 2018, Rainforest Action Network (RAN), melayangkan keluhan dengan menyertakan bukti signifikan kepada Tokyo Metropolitan Government (TMG) dan Japan Sport Council (JSC) atas pelanggaran Kode Sumber yang Berkelanjutan.
Itu pada poin penggunaan kayu yang berasal dari hutan hujan yang dikonversi menjadi perkebunan dan habitat Orangutan Kalimantan yang terancam punah untuk pembangunan stadion Ariake Arena dan Stadion Nasional Baru.
(wsw/fem)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol