Hotel dan restoran menjadi usaha yang sangat terdampak oleh pandemi. Pasalnya, pembatasan kegiatan masyarakat membuatnya sepi dari pengunjung.
Lebih dari 50 persen pekerja di kitchen hotel dan cafe di Indonesia terkena PHK atau dirumahkan. Dalam hal ini, Kemenparekraf memiliki program pendampingan kepada subsektor kuliner.
"Kita menyadari pandemi COVID-19 ini memberikan dampak yang sangat signifikan bagi para pekerja di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif," kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno.
"Sebagai upaya membuka lapangan kerja seluas-luasnya di masa COVID-19, kami di Kemenparekraf sudah menyiapkan berbagai program-program pendidikan, pelatihan dan pendampingan untuk pelaku subsektor kuliner, termasuk para pekerja hotel dan cafe," tambahnya.
Ada dua program yang dimiliki Kemenparekraf untuk membantu subsektor kuliner, di antaranya ada Masamo (Masak bersama master secara online) dan Beda'kan (Bedah desain dan kemasan kuliner). Dengan adanya program ini, diharapkan para pelaku kuliner yang terdampak bisa berkreasi dalam membuat produk kuliner dan mengemasnya dengan menarik.
"Kedua program ini memberikan pendampingan bagi masyarakat dan pelaku subsektor kuliner untuk mengasah potensi mereka dalam berkreasi menciptakan produk-produk kuliner yang tak hanya enak tapi juga bersih dan higienis," tambah Sandi.
"Sementara pada program Beda'kan, para pelaku kuliner diberikan pemahaman, pelatihan dan pendampingan bagaimana mengemas produknya semenarik dan seefisien mungkin, sehingga konsumen tertarik dengan produk yang ia pasarkan," tambahnya.
Di samping itu, ada pula bantuan dari pemerintah untuk para pelaku usaha pariwisata. Anggarannya mencapai Rp 2,4 Triliun.
"Kita di Kemenparekraf juga punya program BPUP (Bantuan Pemerintah Untuk Usaha Pariwisata) dengan pagu anggaran Rp 2,4 triliun yang sedang kita finalisasi serta bantuan sosial dari pemerintah," tambahnya.
Simak Video "Menikmati Wisata Tersembunyi Madura, dari Myze Sumenep"
(elk/ddn)