Ada kota kuno dari zaman Romawi yang dikutuk karena penuh maksiat. Sekarang kota ini ada di dasar laut.
Orang-orang super kaya Romawi kuno biasa melakukan perjalanan akhir pekan ke kota Baia untuk berpesta pora. Mereka yang berduit yang tak habis tujuh turunan membangun vila-vila mewah di pantai. Lengkap dengan spa dan kolam berubin mosaik tempat mereka dapat memuaskan hasrat terliar.
Bahkan, ada penduduk menyediakan nymphaeum atau gua pribadi yang dikelilingi oleh patung-patung marmer. Itu semua didedikasikan semata-mata untuk 'kesenangan duniawi'.
Lebih dari 2.000 tahun yang lalu, di zaman Romawi Baia adalah Las Vegas-nya. Sebuah kota resor sekitar 30 km dari Napoli, di pesisir barat Italia. Kota ini melayani hasrat para penyair, jenderal dan semua orang di sekitar lingkaran mereka.
Orator kawakan Cicero menyusun pidatonya di masa beristirahatnya di tepi teluk, sementara penyair Virgil dan Pliny sang naturalis memilih tempat tinggal yang mudah dijangkau dari pemandian umum yang menyegarkan. Itu juga tempat orang-orang kaya dan berkuasa datang untuk melakukan urusan-urusan tak senonoh.
Menjadi saksi dari kisah tak terduga
"Ada banyak kisah intrik terkait dengan Baia," kata John Smout, seorang peneliti yang telah bermitra dengan para arkeolog lokal untuk mempelajari situs tersebut, dalam artikel BBC Travel yang berjudul 'Ancient Rome's sinful city at the bottom of the sea' yang diterbitkan pada tahun 2018.
Rumor menyebut bahwa Cleopatra melarikan diri dengan kapalnya dari Baia setelah Julius Caesar dibunuh pada 44 sebelum masehi. Sementara, Julia Agrippina merencanakan kematian suaminya Claudius di Baia sehingga putranya Nero bisa menjadi kaisar Roma.
"Dia meracuni Claudius dengan jamur mematikan," Smout menjelaskan.
"Tapi entah bagaimana dia selamat, jadi pada malam yang sama, Agrippina meminta dokternya untuk memberikan enema labu liar beracun, yang akhirnya berhasil."
Air mineral dan iklim yang lembut pertama kali menarik kaum bangsawan Roma ke Baia pada paruh kedua abad ke-2 SM, dan kota itu dikenal oleh mereka sebagai Ladang Phlegraean (atau 'menyala'), dinamakan demikian karena kaldera yang menandai wilayah tersebut.
"Saya mengunjungi situs itu ketika seorang bocah lelaki dan pemandu menusuk tiang payung ke tanah dan uap dan lahar keluar," kenang Smout.
Kaldera dihormati oleh orang-orang Yunani dan Romawi kuno sebagai pintu masuk ke dunia bawah tanah. Tetapi itu juga memicu sejumlah kemajuan teknologi seperti penemuan lokal semen tahan air, campuran kapur dan batuan vulkanik, memacu konstruksi kubah lapang dan fasad marmer, serta kolam ikan pribadi dan kamar mandi mewah.
Di balik latarnya yang menjadi kota maksiat, Baia juga kaya akan aktivitas gunung berapi yang itu juga menjadi pendukung kejatuhannya.
Selama beberapa abad, bradyseism, naik turunnya permukaan bumi secara bertahap yang disebabkan oleh aktivitas hidrotermal dan seismik, menyebabkan sebagian besar kota tenggelam ke dalam kuburan air hingga saat ini.
Simak Video "Video: Marquez Menang di Mugello, Bagnaia Gigit Jari"
(sym/sym)