Sandiaga Wanti-wanti Revenge Tourism di Bandung, Pengelola Wisata Siaga

Whisnu Pradana - detikTravel
Rabu, 25 Agu 2021 17:43 WIB
Ilustrasi wisata Bandung Raya (Rafida Fauzia/detikcom)
Bandung -

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kreatif) amat mewaspadai terjadinya fenomena 'revenge tourism', utamanya di Bandung. Kawasan wisata itu bersiaga.

Potensi wisata revans atau balas dendam wisata diwaspadai belakangan ini. Sebabnya, Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) mulai dilonggarkan dan sebagai warga telah disuntik vaksin Covid-19. Lagipula, masyarakat sudah terlampau jenuh di rumah saja.

Makanya, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno menyebut fenomena revenge tourism sudah terjadi di Bandung Raya. Apabila PPKM semakin dilonggarkan maka diprediksi revenge tourism akan terus berlanjut.

Menanggapi komentar Sandiaga tersebut pengelola wisata dan penginapan di Lembang, Kabupaten Bandung Barat mengambil langkah aktif.

General Manager Terminal Wisata Grafika Cikole (TWGC) Lembang, Sapto Wahyudi, menyadari betul potensi turis revans itu bak dua sisi mata uang. Ada sisi negatif dan positifnya.

"Animo masyarakat saat ini memang tinggi untuk wisata. Namun, kalau menimbulkan dampak negatif juga malah memberikan kerugian buat kita pengusaha wisata," ujar Sapto saat dihubungi detikcom, Rabu (25/8/2021).

Saat ini, Bandung Barat menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 3. Di level ini, ada sejumlah pelonggaran yang diberikan pemerintah, di antaranya bagi penginapan dan restoran.

"Justru momentum ini harus dijaga. Jangan sampai ledakan dan lonjakan pengunjung wisata ini malah berisiko buruk buat kita. Pemerintah pusat juga kan bilang memang ada lonjakan. Nanti kita sudah buka malah tutup lagi. Jadi berpikirnya harus jangka panjang," kata Sapto.

Sapto menjamin tempat wisata yang dikelolanya sangat menaati aturan dalam PPKM Level 3. Misalnya, hanya menerima pengunjung ke restoran dan penginapan maksimal 25 persen. Bahkan, saat ini ditetapkan syarat membawa atau menunjukkan sertifikat vaksin bagi pengunjung.

"Kita antisipasi (revenge tourism) dengan menerapkan skema yang sudah kita jalankan sejauh ini. Pembatasan jumlah pengunjung dan okupansi penginapan. Lalu penerapan syarat vaksinasi sehingga bisa terkendali," ujar Sapto.

"Apalagi informasinya wisata di Subang sudah mulai buka. Itu juga khawatirnya akan terjadi lonjakan dan membludaknya pengunjung, jadi kekhawatiran kami juga. Cuma pesan dari direktur kemarin bagaimana pembatasan pengunjung itu tetap harus dijalankan," Sapto menegaskan.

Hal senada disampaikan Komisaris Dusun Bambu Endy Tjahyadi. Dia juga berpendapat wisatawan bisa menjadi ancaman tersendiri saat pandemi virus Corona. Apalagi, jika nanti ada pengunjung yang belum menjalani vaksinasi Covid-19.

"Di kita akan penginapan juga, banyak yang staycation. Tapi kan kita batasi, kita ingin suasananya se-private mungkin. Jadi yang datang ini memang yang sudah divaksinasi dan memang ingin suasana tenang," kata Endy.

Setahun lebih berkutat dengan pandemi COVID-19, tak membuat pihaknya buru-buru mengubah orientasi pada keuntungan dengan menerima pengunjung sebanyak mungkin.

"Yang kita mau kan juga mendukung penanganan COVID-19. Kita batasi kunjungan itu hanya 30 persen maksimal. Di lahan seluas 15 hektare sebetulnya kita bisa menampung wisatawan sampai 7 ribu orang, tapi karena kita tahu sekarang sedang pandemi, sekarang pengunjung paling hanya 300 saja," kata Endy.

Halaman selanjutnya >>> Kondisi Terkini Wisata Bandung: Hotel dan Restoran Mulai Ramai




(fem/fem)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork