Seorang pemuda nekat menato barcode vaksinasi Covid-19 di tanganya. Ia beralasan aksi ini agar selalu membawa syarat masuk ke berbagai lokasi wisata juga mal.
Sebuah video viral di media sosial (medsos) Instagram beritainaja. Pasalnya salah satu postingannya berisi video yang mempertontonkan seorang pemuda di Kabupaten Gunungkidul mentato tangan kanannya dengan barcode sertifikat vaksinasi COVID-19.
Ternyata, tujuannya adalah untuk mengingatkan jika dia pernah menolak vaksin hingga akhirnya melakukan vaksinasi. Selain itu, agar praktis saat menunjukkan bukti vaksinasi saat bepergian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adalah Adhitya Putratama (30), warga Kalurahan Baleharjo, Kapanewon Wonosari, Kabupaten Gunungkidul ini menceritakan bahwa awalnya dia anti dengan vaksinasi Covid-19. Namun, karena, karena sektor pariwisata akan dibuka jika 80% warga DIY sudah tervaksinasi maka akhirnya dia memilih melakukan vaksinasi COVID-19.
Pasalnya, dia adalah salah satu pengelola persewaan alat snorkeling di Pantai Nglambor, Kalurahan Purwodadi, Kapanewon Tepus, Kabupaten Gunungkidul. Di mana untuk mencukupi kehidupan sehari-hari dia bergantung pada sektor pariwisata.
"Saya tadinya tidak mau divaksin, tapi akhirnya ya vaksin. Kenapa mau? Kalau sudah vaksin semua kan pariwisata bisa segera dibuka meskipun dengan prokes yang ketat," katanya saat dihubungi detikTravel, Selasa (31/8/2021).
![]() |
Untuk itu, bapak satu anak ini sangat berharap masyarakat khususnya pelaku wisata segera melakukan vaksinasi agar sektor pariwisata segera bergeliat kembali. Pasalnya jika pariwisata ditutup terus semakin membuat pelaku wisata terpuruk.
"PPKM sekitar 2 bulan ini membuat perekonomian pariwisata di Gunungkidul bener-bener mati. Harapane yo ada kebijakan yang pas agar kesehatan tetap utama dan perekonomian tetap jalan," ucapnya.
Adit mengaku melakukan vaksinasi pada tanggal 30 Agustus 2021. Setelah melakukan vaksinasi itu, Adit merasa ingin ada pengingat bahwa sempat anti vaksin dan akhirnya melakukan vaksinasi. Oleh sebab itu, Adit membuat tato barcode sertify vaksinasi Covid-19 di tangan kannya.
"Nah tato ini sebenarnya saking puasku tur gemas karena pariwisata tidak dibuka-buka dan baru akan dibuka kalau semua orang sudah vaksin," katanya.
Selain itu, pemilihan tato tersebut juga untuk memudahkan pengecekan bukti vaksinasi yang saat ini mulai diterapkan di pusat perbelanjaan dan ke depannya sebagai syarat pelaku ekonomi kreatif (ekraf) untuk berkegiatan. Apalagi, dia mengaku memiliki kebiasaan buruk yakni sering lupa akan suatu hal.
"Dari pada lupa bawa kartu vaksin dan akhirnya tidak bisa ke mana-mana, ya sudah sekalian ditato saja," ucapnya.
Menyoal pembuatan tato tersebut karena terinspirasi seorang bule yang mentato lengannya dengan barcode sertifikat vaksinasi Covid-19, Adit menampiknya. Pasalnya dia baru mengetahui hal tersebut setelah menato kemarin, Senin (30/8).
"Lhah, saya habis tatoan itu malah baru tahu kalau ternyata ada juga orang yang buat tato barcode seperti ini," ujarnya.
Terkait tanggapan keluarga akan tato tersebut, Adit mengaku keluarganya sempat heran. Bahkan, istrinya sempat mengambek karena tato barcode tersebut.
"Kalau keluarga ya heran aja. Kalau istri awale agak ngambek, tapi setelah paham ya baik lagi," katanya.
Terlepas dari hal tersebut, Adit berharap agar orang-orang yang anti vaksin bisa segera sadar dan melakukan vaksinasi. Terlebih vaksinasi itu gratis dan saat ini menjadi syarat untuk melakukan kegiatan usaha hingga parekraf.
(msl/msl)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!