3. Museum Purbakala Pleret
![]() |
Museum ini bisa dikatakan saksi keberadaan Kerajaan Mataram Islam. Walau begitu, Museum Purbakala juga mengoleksi benda-benda peradaban Hindu Budha. Setidaknya koleksi yang berada di museum ini sekitar 200 benda bersejarah.
Museum yang terletak di Dusun Kedaton, Desa Plered, Kapanewon Plered ini pengunjung akan menemui sebuah sumur sarat sejarah yakni Sumur Gumuling. Terletak di halaman museum, sumur Gumuling diyakini sebagai peninggalan Keraton Pleret abad 17 M.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Konon di sini adalah bekas Tamansari yang pada masa lalu dijadikan tempat jamasan pusaka. Sebagian masyarakat mempercayai lokasi sumur ini sebagai tempat keramat dan tidak pernah kekeringan meski musim kemarau sekalipun.
Selain sumur Gumuling, di halaman museum juga terdapat sisa bangunan candi seperti Arca Durga Mahisasuramardini dan Arca Ganesha. Selain itu ada pula beberapa fragmen yang menandai keberadaan Keraton Pleret, di antaranya batu bata berukuran besar dengan ketebalan lebih dari 12 cm.
Sementara di dalam bangunan museum, beragam koleksi benda bersejarah dipajang di antaranya berupa ompak (landasan tiang), ornamen bangunan, dan benda bersejarah lainnya. Ratusan benda bersejarah lainnya tersimpan kotak kaca, sehingga pengunjung bisa melihat atau mempelajari koleksi peninggalan Kerajaan Mataram Islam.
Satu di antara koleksi masterpiece atau yang paling terkenal adalah Keris Sabuk Inten Luk 11. Keris yang cukup termasyhur tersebut dipajang sebuah etalase yang dilengkapi dengan semacam diorama modern menampilkan sejarah keris tersebut saat ditemukan.
Museum Purbakala Pleret menerima kunjungan dari hari Sabtu hingga Kamis mulai jam 8 pagi hingga jam 4 sore. Sementara hari Jumat dari jam 8 pagi sampai jam 2.30 dan di hari minggu dan hari libur nasional tutup.
4. Museum Tino Sidin
![]() |
Anak milenial barangkali tidak banyak yang tahu tentang sosok Tino Sidin. Namun bagi anak yang tumbuh di era 80an, sosok yang akrab dipanggil Pak Tino Sidin begitu melegenda. Setiap hari minggu, sosok yang memiliki ciri khas topi baret dan kacamata itu setia menemani anak-anak belajar menggambar di acara Gemar Menggambar yang disiarkan di TVRI.
Dikenal sebagai pelukis dan guru gambar, karya Tino Sidin begitu banyak dan karena itulah dibuat Museum Tino Sidin demi mengenang sepak terjang dan merawat koleksinya. Menempati bangunan rumah pribadi Pak Tino Museum ini berada di Jalan Tino Sidin 297, Kadipiro, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul. Rumah berlantai tiga ini dijadikan museum memorabilia dan karya Pak Tino, ruang pameran, perpustakaan, dan kelas kesenian.
Saat memasuki kawasan museum, pengunjung langsung dapat melihat patung mendiang Pak Tino Sidin dengan topi khasnya dan alat lukis di tangan. Di lantai pertama, terdapat barang-barang memorabilia Tino Sidin kemeja batik, peci, dan tasbihnya. Ada pula karya-karya bukunya, baik teori menggambar maupun komik.
Bahkan dokumen-dokumen legal seperti tanda terima honor dari TVRI sejumlah tiga ribu rupiah untuk satu episode 'Gemar Menggambar' dan tanda terima bantuan uang dari Soeharto untuk membeli rumah yang sekarang menjadi Taman Tino Sidin. Terdapat pula koleksi foto-foto, kliping media massa, surat-surat pribadi, testimoni, para sahabat dan murid beliau, sertifikat hingga penghargaan yang pernah diterimanya.
Di lantai dua dan tiga, terdapat sekitar tiga puluh lukisan cat minyak dan akrilik menempel di dinding-dinding dengan tema kehidupan sehari-hari dengan gaya yang mendekati realis, tapi jauh dari kesan photographic. Ada pula seratusan sketsa karya Tino Sidin baik berupa sketsa hitam putih maupun berwarna.
Selain itu pengunjung akan menjumpai ruang kelas dan perpustakaan. Setiap Sabtu, Panca Takariyati yang akrab disapa Titik, anak bungsu Pak Tino akan membimbing anak-anak TK dan SD peserta sesi belajar menggambar. Cara pendekatan pengajaran Titik mempertahankan metode Pak Tino yakni menganggap hal terpenting yang patut ditanamkan pada anak-anak adalah kepercayaan diri untuk kreatif.
Sementara, di ruang perpustakaan tersimpan koleksi buku-buku anak-anak dan buku kebudayaan dan tentu saja buku-buka tentang seni lukis. Keberadaan Museum Tino Sidin ini tidak saja cocok bagi para pecinta seni gambar tapi juga pas bagi anak-anak. Di sini pengunjung bisa belajar dan praktek langsung menggembar bahkan berguru langsung ke Pak Tino Sidin.
Namun karena Pak Tino sudah tiada, belajar menggambar itu sebatas melalui layar televisi yang akan diputar oleh pengelola. Meski begitu, proses melukis dan mendengarkan penjelasan Pak Tino tetaplah mengasyikan.
Jam buka museum ini antara jam 09.00-16.00 WIB antara Senin-Sabtu. Namun untuk kedatangan berombongan, disarankan untuk reservasi terlebih dahulu.
Museum-museum tersebut saat ini memang belum menerima kunjungan karena status PPKM yang masih berada di level 4. Namun seiring turunnya trend sebaran covid yang terus menurun, kemungkinan besar DIY akan segera turun ke level 3.
"Jika PPKM turun ke level 3, kemungkinan besar dunia pariwisata di Bantul akan mulai dibuka. Tapi tetap masih dengan pembatasan, misalnya pembatasan jumlah pengunjung. Dan yang pasti harus taat protokol kesehatan dengan menerapkan 5 M," kata Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul. Kwintarto Heru Prabowo, dalam keterangan tertulis, Minggu (5/9/2021).
Untuk mengeksplorasi lebih jauh wisata di Kabupaten Bantul, Kwintarto menyarankan untuk mengunduh aplikasi JELAJAH BANTUL agar bisa memilih obyek masa yang pas untuk dikunjungi.
"Wisatawan bisa juga mengunduh VisitingJogja untuk memudahkan reservasi dan aplikasi QUAT untuk transaksi non tunai demi meminimalisir kontak," imbuhnya.
Simak Video "Celebrity on Vacation: Main ke Rumah Hobbit di Yogyakarta"
[Gambas:Video 20detik]
(adv/adv)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol