Kelaparan dan Kesepian, Monyet-Monyet di Bali Turun ke Perkampungan

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Kelaparan dan Kesepian, Monyet-Monyet di Bali Turun ke Perkampungan

Femi Diah - detikTravel
Senin, 06 Sep 2021 07:12 WIB
Family of wild long-tailed macaques in the Sangeh monkey forest, Ubud on Bali in Indonesia.
Ilustrasi monyet di Sangeh (iStock)
Sangeh -

Monyet-monyet di Sangeh Monkey Forest (Hutan Monyet Sangeh), Bali, kelaparan. Monyet-monyet itu mulai mendatangi pemukiman warga.

Monyet-monyet itu kelaparan karena ketiadaan wisatawan selama pandemi virus Corona. Tidak adanya wisatawan membuat Sangeh Monkey Forest tidak mendapatkan pemasukan dari tiket pengunjung. Akibatnya, mereka kesulitan belanja makanan untuk monyet itu.

Selain itu, monyet-monyet tersebut kehilangan makanan ekstra pemberian wisatawan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kini, Sangeh Monkey Forest bolah dibilang hanya menunggu donasi warga. Namun, warga juga telah kesulitan ekonomi tanpa kedatangan turis. Makanya, donasi pun kecil jumlahnya.

Penduduk desa di Sangeh mengatakan kera ekor panjang abu-abu menjadi kerap berkeliaran keluar dari cagar alam. Lokasi perkampungan dengan cagar alam Sangeh memang tidak jauh, sekitar 500 meter.

ADVERTISEMENT

Monyet-monyet itu bergelayutan di atap rumah warga. Mereka menunggu waktu yang tepat untuk turun dan mengambil makanan persembahan yang biasanya diletakkan di luar rumah.

Dalam prosesnya, monyet-monyet itu makin nakal. Mereka kadang-kadang melepas genteng rumah warga.

"Kami takut monyet-monyet lapar itu menjadi liar dan ganas," kata warga desa Saskara Gustu Alit, seperti dikutip dari AP.

"Beberapa hari lalu saya menghadiri upacara adat di pura dekat hutan Sangeh," kata Gusti Alit.

"Ketika saya memarkir mobil saya dan mengeluarkan dua kantong plastik berisi makanan dan bunga sebagai persembahan, dua monyet tiba-tiba muncul dan mengambil semuanya dan berlari ke hutan dengan sangat cepat," dia menambahkan.

Gusti Alit menduga selain kelaparan, monyet-monyet itu makin iseng karena bosan. Sebab, biasanya saat ada turis, mereka bisa berinteraksi dengan pengunjung. Mereka menggoda turis dengan mencuri kacamata hitam dan botol air, menarik pakaian, melompat-lompat.

"Makanya saya imbau warga desa di sini untuk datang ke hutan bermain dengan kera dan menawarkan mereka makanan," katanya.

"Saya pikir mereka perlu berinteraksi dengan manusia sesering mungkin agar mereka tidak menjadi liar," dia menambahkan.

Sekitar 600 kera hidup di cagar alam hutan, berayun dari pohon pala yang tinggi dan melompat-lompat di sekitar Pura Bukit Sari yang terkenal dan dianggap keramat.

Monyet yang relatif jinak dapat dengan mudah dibujuk untuk duduk di bahu atau pangkuan setelah memberinya satu atau dua butir kacang.

Halaman berikutnya >>>> Tidak Menyangka Pandemi Berlangsung Lama

Biasanya, Sangeh Monkey Forest dikunjungi 6.000 pengunjung per bulan. Namun, karena pandemi dan perjalanan internasional menurun drastis, jumlah turis turun menjadi sekitar 500. Bahkan, sempat tidak ada turis asing satu pun.

"Pandemi berkepanjangan ini di luar dugaan kami," kata kata manajer operasi Made Mohon.

"Makanan monyet jadi masalah," dia menambahkan.

Biaya makanan mencapai sekitar Rp 850 ribu sehari. Itu untuk menyediakan 200 kilogram singkong, makanan pokok kera, dan 10 kilogram pisang.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Rekomendasi Tempat Dinner Romantis Ditemani Kunang-kunang di Bali"
[Gambas:Video 20detik]
(fem/fem)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads