Laut Pantai Selatan Jawa ramai menjadi perbincangan di sosial media. Terjadi fenomena langka yang membuat Laut Pantai Selatan bercahaya.
Fenomena itu dibagikan oleh satelit dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional AS. Fenomena ini disebut Milky Seas.
"Setahu saya Milky Seas itu terminologi ketika permukaan laut dengan area yang sangat luas berwarna terang seperti putihnya susu, sehingga ketika malam hari pun bisa terdeteksi/terlihat ke-glowing-annya dari satelit," kata Dr. Widodo Pranowo, Peneliti Madya Bidang Oseanografi pada Pusat Riset Kelautan KKP, eksklusif kepada detikTravel.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penyebab Milky Seas tersebut bisa diakibatkan oleh adanya warna iluminasi yang dipancarkan oleh organisme laut, seperti mikro/nano plankton yang mengandung fosfor sehingga seperti bercahaya di dalam gelapnya air laut saat malam hari.
"Mikro/nano plakton tersebut berjumlah sangat masif sehingga bisa memenuhi kolom air di lapisan permukaan laut dalam wilayah yang sangat luas," dia menambahkan.
Ternyata wilayah yang memiliki potensi seperti itu salah satunya adalah Samudera Hindia Selatan Jawa. Probabilitas terjadi fenomena itu pada kurun waktu antara Juni hingga Oktober pada setiap tahunnya. Walaupun mungkin belum tentu muncul di sepanjang waktu tersebut.
Mengapa Milky Seas terjadinya di antara Juni - Oktober?
"Hal ini berkaitan dengan fenomena upwelling atau naiknya massa air laut dari kedalaman tertentu menuju lapisan kedalaman yang lebih dangkal," kata Widodo.
Ketika massa air laut tersebut naik (upwelling) maka ada sejumlah masif zat hara ikut terangkat ke atas. Di lapisan permukaan yang mendapatkan sinar matahari yang cukup, kemudian zat hara tersebut digunakan oleh fitoplankton untuk berfotosintesis menghasilkan karbon dan oksigen.
Saat zat haranya sangat banyak, maka semakin banyak fitoplankton yang berkembang biak. Fitoplankton juga akan menarik zooplankton, di mana masing-masing fitoplankton dan zooplankton memiliki banyak spesies.
"Setiap spesies memiliki keragaman warna yang berbeda-beda. Ketika jumlah mereka sangat banyak dalam luasan area tertentu namun sangat luas, maka akan menghasilkan orkestra warna laut yang unik tersendiri," tambahnya.
Selain adanya organisme plankton, iluminasi warna yang terjadi di dalam laut pada malam hari juga dibantu oleh gelombang panjang dari energi matahari (long wave solar radiation) yang dilepaskan oleh laut ke angkasa.
Apakah long wave solar radiation?
"Ketika siang hari antara pukul 06.00 hingga 18.00, lautan di kita yang tropis akan menerima energi sinar matahari. Energi sinar matahari ini adalah suatu bentuk dari energi gelombang pendek atau sering disebut sebagai short wave solar radiation'," kata Widodo.
Energi matahari tersebut yang masuk ke dalam air laut akan disimpan sementara oleh air laut. Nantinya, energi ini akan dilepaskan kembali ke angkasa menjadi long wave solar radiation ketika malam hari.
"Semakin asin air laut atau semakin tinggi kadar garam dalam air laut, maka akan semakin tinggi dan lama energi matahari yang disimpan sementara waktu," dia mengungkapkan.
Jika dimisalkan ada 100% energi matahari yang masuk ke atmosfer, maka hanya sekitar 51% saja yang terserap oleh daratan termasuk lautan. Kemudian, sekitar 4% yang direfleksikan kembali ke angkasa oleh permukaan laut.
![]() |
"Melalui hasil riset saya yang sudah published di jurnal ilmiah Segara pada tahun 2005, terlihat olahan dari citra satelit pada 23 Agustus 2003. Di pesisir Selatan Jawa ada sejumlah masif fitoplankton yang mengandung khlorofil ditarik oleh arus pusaran (Eddy Current) menuju ke arah laut lepas. Nah, di situlah sebenarnya indikasi adanya upwelling," kata dia.
"Di gambar kanan, ada grafik time series dari 'kesuburan laut primer' sebagai hasil konversi dari kandungan klorofil di laut (lihat garis warna hitam), yang memiliki korelasi sangat tinggi dengan suhu laut pada kedalaman 10 meter (lihat garis warna merah). Korelasi tersebut ditandai dengan nilai korelasi yang mendekati angka 1, dan diperlihatkan pula oleh pola garis merah dan hitam yang hampir mirip," dia menambahkan.
Artinya, kemungkinan penyebab Milky Seas karena masifnya fitoplankton di kedalaman permukaan hingga kedalaman sekitar 10 meter dan dengan area yang sangat luas.
"Ketika semakin tinggi konsentrasi dari fitoplankton maka warna spektrum cahaya yang akan direfleksikan ke angkasa akan menjadi semakin terang atau putih mendekati warna susu, sehingga kemudian fenomena tersebut dikatakan sebagai fenomena Milky Sea," kata dia.
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!