Kisah Pelaku Wisata di Wakatobi & Tanjung Puting Bertahan Saat Pandemi

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Kisah Pelaku Wisata di Wakatobi & Tanjung Puting Bertahan Saat Pandemi

Inkana Izatifiqa R Putri - detikTravel
Rabu, 15 Sep 2021 13:15 WIB
Wakatobi Drive Trip
Foto: Wakatobi Drive Trip
Jakarta -

Pandemi menghimpit berbagai sektor di Indonesia, termasuk pariwisata. Sejumlah pelaku pariwisata pun ikut terdampak imbasnya mulai dari pemilik restoran, hotel, penjual suvenir, hingga pengelola travel.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno pun mengerahkan berbagai strategi untuk membangkitkan kembali pariwisata #DiIndonesiaAja. Salah satunya dengan penerapan CHSE (Cleanliness, Health, Safety, and Environment Sustainability) hingga uji coba pembukaan 20 destinasi wisata secara bertahap.

"Uji coba ini akan terus dievaluasi setiap minggu. Pengelola sektor parekraf yang terdaftar atau memperoleh QR code Peduli Lindungi saat ini berjumlah 2.264 penerima. Penerima ini terdiri dari usaha bar, kafe, hotel, restoran, resto cepat saji, dan destinasi wisata yang berlokasi di DKI Jakarta, Bandung, Semarang, dan Surabaya," katanya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, Kemenparekraf juga tetap mempromosikan destinasi wisata di Indonesia melalui akun Instagram @pesonaid_travel, serta mengajak masyarakat untuk ikutan PUKIS (Pesona Punya Kuis) untuk kesempatan meraih ragam hadiah menarik. Adapun kuis ini dapat diikuti dengan follow akun Instagram Pesona Indonesia, like posting-an PUKIS terbaru, jawab pertanyaan, dan mention 3 teman kamu di kolom komentar untuk ikutan kuis ini.

Berikut ini adalah kisah para pelaku pariwisata di luar Pulau Jawa yang memang masih merasakan dampak pandemi, seperti pemilik serta Founder Wakatobi Drive Trip, Seto Ariyadi. Bukan hanya Seto, Pemandu Wisata sekaligus trainer di Taman Nasional Tanjung Puting, Yomie Kamale juga mengalami dampak serupa karena sempat ditutup sementara. Alih-alih menyerah, keduanya justru bertekad untuk berupaya dengan sederet strategi untuk bertahan dan membangkitkan kembali pariwisata di tengah pandemi.

ADVERTISEMENT

Wisata Diving di Wakatobi, Sulawesi Tenggara Turun hingga 50%

Wakatobi Drive Trip Foto: Wakatobi Drive Trip

Berdiri sejak 2008, Wakatobi Dive Trip menjadi salah satu jasa diving dan snorkeling trip di Taman Nasional Wakatobi yang banyak diminati wisatawan. Seto mengatakan setiap bulan dirinya dapat melayani hingga 80 wisatawan. Wangi-Wangi dan Pulau Tomia pun menjadi destinasi terfavorit yang kerap dikunjungi wisatawan.

Namun pandemi memberi dampak yang cukup besar terhadap usaha pariwisatanya. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke pulau nan indah ini pun berkurang. Bahkan, Seto mengaku sempat tak ada wisatawan yang berkunjung dan diving di Wakatobi.

"Kami terdampak sekali di mana tahun sebelumnya kami melakukan pameran di luar negeri. Beberapa (calon wisatawan) cukup antusias untuk datang, namun tiba-tiba pandemi dan semua berubah. Di awal 2-3 bulan, kami sama sekali nol pendapatan," ujarnya kepada detikcom baru-baru ini.

"Kalau sebelum pandemi minimal kami bisa melayani 30-80 orang per bulan. Sekarang sejak pandemi, kami turun sampai 50%. Paling sebulan itu kami bisa melayani 15 orang dalam sebulan," sambungnya.

Wakatobi Drive Trip Foto: Wakatobi Drive Trip

Hantaman pandemi tak lantas membuat Seto putus asa. Ia tetap berupaya mendorong pariwisata di Wakatobi dengan beradaptasi terhadap protokol kesehatan dan digitalisasi. Bahkan, Wakatobi Dive Trip juga menawarkan program Pay Now Trip Later.

"Di masa pandemi ini kami memenuhi administrasi seperti sertifikat CHSE yang diprogramkan oleh Kementerian Pariwisata. Untuk program kami, di awal pandemi kami banyak melakukan virtual tour melalui Zoom dengan berbagai instansi. Dan kami juga menghadirkan program Pay Now Trip Later. Kalau wisatawan yang tertarik ke Wakatobi bisa bayar sekarang, tapi tripnya bebas kapan saja (dan) berlaku sampai kapan pun," katanya.

Selain itu, dirinya juga tetap mempromosikan pariwisata, salah satunya melalui Instagram @wakatobidivetrip dan @photodiveseto. Melalui upaya ini, Seto berharap para wisatawan dapat berkunjung lagi untuk menikmati indahnya wisata di Wakatobi.

"Pastinya kami tetap aktif mempromosikan pariwisata di Wakatobi yang kami miliki seperti di Instagram, Twitter, Facebook. Dan pastinya tetap semangat untuk bertahan dan optimis kalau bisa dikunjungi lagi dan orang bisa berpariwisata lagi."

Selanjutnya: Wisata Tanjung Puting juga ikut rehat

Nyaris Tak Ada Kegiatan di Wisata Tanjung Puting

pesonaid_travel Foto: Instagram/@pesonaid_travel

Sebelum pandemi, Taman Nasional Tanjung Puting menjadi salah satu wisata alam istimewa di Kalimantan Tengah. Pasalnya, di sini wisatawan dapat menikmati dan menjelajahi belantara hutan di atas kapal sambil melihat satwa liar seperti bekantan, uwa uwa, kelasih, hingga kera ekor panjang.

Namun sejak pandemi mewabah, Yomie mengatakan nyaris tak ada kegiatan di Tanjung Puting. Bahkan, jumlah wisatawan merosot hingga 95%. Tak banyak pula wisatawan lokal yang berkunjung lantaran aturan masuk yang cukup ketat.

"Usaha saya yang utama di wisata Taman Nasional Tanjung Puting sangat berdampak. Bisa dibilang dari pertama pandemi dan sampai sekarang ini penurunannya bisa sampai 95%," katanya.

"Hampir 100% tidak ada kegiatan, walaupun wisata Tanjung Puting sudah buka, tapi aturan untuk masuk ke Kalteng dan aturan masuk Taman Nasional yang agak membuat wisatawan mengurungkan niatnya. Terutama wisatawan lokal atau domestik," imbuhnya.

pesonaid_travel Foto: Instagram/@pesonaid_travel

Sama halnya dengan Seto, dampak pandemi juga tak membuat Yomie menyerah untuk berupaya mendorong pariwisata di Tanjung Puting. Ia pun mengaku tetap optimis pariwisata Tanjung Puting dapat kembali bangkit, terlebih ekowisata merupakan salah satu wisata yang kian diminati masyarakat sejak pandemi mewabah.

Yomie juga melakukan hal serupa, yakni dengan mempromosikan pariwisata Tanjung Puting melalui Instagram resmi miliknya @yomie_orangutandays dan @orangutan_days. Hal ini dilakukan guna membangkitkan kembali geliat pariwisata.

"Strategi saya dalam pandemi agar kegiatan wisata tetap bergerak dan bangkit adalah tetap menjaga semangat diri sendiri dan teman-teman, dengan me-posting di media sosial yang tidak menunjukkan keluhan dan tetap optimis bahwa wisata akan bangkit dengan gaya baru," katanya.

Selain tetap semangat, Ketua DPD Himpunan Pramuwisata Indonesia Kalimantan Tengah ini juga mempersiapkan diri dan menginformasikan ke teman-teman untuk bersiap dalam memperbaiki gaya wisata, yakni dengan mengedepankan CHSE sebagai jaminan dalam berwisata. Yomie juga berkolaborasi bersama pemerintah daerah dan wisata lokal.

"Kami juga mengelola dan membantu wisata lokal untuk bangkit dengan selalu berinovasi dan berproduksi, serta berkolaborasi dengan semua pihak untuk menggerakkan wisata di daerah sendiri. Dan mendorong pemerintah daerah untuk memberi ruang bagi pelaku wisata untuk berkarya dan berproduksi dengan aturan di masa pandemi ini," pungkasnya.

Itulah kisah para pelaku pariwisata untuk bertahan di tengah himpitan pandemi. Upaya pemerintah dan para pelaku wisata dalam membangkitkan kembali pariwisata ini tentunya dapat terwujud dengan dukungan dari seluruh pihak. Salah satunya dengan tetap #BeliKreatifLokal dan menerapkan protokol kesehatan 6M (memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, menjaga jarak, menghindari kerumunan, membatasi mobilitas, serta menghindari makan bersama).

Selain itu, bagi kamu yang belum divaksin, segera lakukan vaksinasi di fasilitas kesehatan atau sentra vaksinasi terdekat. Mengingat kedua hal tersebut menjadi langkah awal untuk mendorong pemulihan ekonomi, menekan pandemi hingga kembali membangkitkan pariwisata di Indonesia.



Simak Video "Boleh Buka Lagi, Ini Persiapan Saung Angklung Udjo Sambut Wisatawan"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads