Di tengah pandemi, pengelola hotel dipaksa beradaptasi dengan situasi terkini agar tidak kolaps. Kini, hotel dianggap sebagai destinasi wisata bukan sekadar tempat bermalam.
Pandemi telah menghantam industri perhotelan dengan hebatnya. Ribuan hotel di Indonesia terpaksa menghentikan operasionalnya, baik sementara atau permanen.
Hotel-hotel yang bertahan harus mengembangkan strategi-strategi baru agar tetap bisa beroperasi, sambil berusaha memenuhi kebutuhan pelanggan yang terus berubah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Agen Travel yang Mulai Kembali Tersenyum |
Survei terbaru di Indonesia yang dilakukan platform perjalanan digital Agoda menemukan bahwa wisatawan Indonesia ingin meningkatkan pengalaman liburan mereka dengan mendapatkan manfaat (perks) tambahan saat menginap di hotel.
Satu dari empat wisatawan Indonesia menganggap akomodasi sebagai tujuan wisata mereka, bukan sekadar tempat untuk menginap. Hampir 30% dari mereka menggunakan agen perjalanan online seperti Agoda.com untuk mencari penawaran paket perjalanan.
Untuk membantu hotel memenuhi kebutuhan baru para wisatawan, Agoda memperkenalkan produk Agoda Special Offers (ASO). Artinya, hotel dapat menawarkan keuntungan tambahan untuk menjangkau pelanggan mereka, mulai dari voucher makan dan minum, upgrade kamar, serta experience (pengalaman) beraktivitas yang semuanya dapat ditemukan pada platform Agoda.
"Agoda berkomitmen untuk bekerjasama dengan para mitra hotel di Indonesia demi mendukung pemulihan industri perjalanan dan pariwisata, yakni dengan membantu para mitra mengoptimalkan eksposur kepada wisatawan domestik dan mempersiapkan diri menyambut pemulihan pasar internasional," kata Gede Gunawan selaku Senior Country Director Indonesia Agoda seperti dikutip detikTravel dari siaran persnya.
Kini, ada tiga hotel yang telah bekerjasama dengan Agoda dan merasakan manfaat di tengah pandemi.
Selanjutnya
1. Le Eminence Hotel
Sebelum pandemi, Le Eminence merupakan hotel yang populer dengan kunjungan turis dari Timur Tengah dan turis dari negara tetangga. Namun pandemi mengubah segalanya.
Tingkat okupansi Le Eminence sempat turun drastis hingga 70-80 persen di masa-masa awal pandemi. Bahkan, mereka pernah mengalami hari terburuk dengan menerima hanya 10 tamu.
"Tikat hunian hotel benar-benar anjlok karena pasar utama kami memang turis dari Timur Tengah," tutur Robby Saimima, Director Operation Eminence Hospitality Service.
Situasi ini akhirnya memaksa Le Eminence mengubah strategi mereka dengan fokus pada wisatawan domestik. Le Eminence tidak menghentikan operasionalnya apalagi mengurangi karyawan sejak pandemi.
Robby mengatakan keputusan itu justru telah mendorong karyawannya memberikan berbagai layanan lebih baik lagi ke pelanggan. Pergeseran mereka ke pasar domestik ditopang oleh strategi digital, dengan memanfaatkan online travel agent (OTA) seperti Agoda sebagai distribution channel yang efektif.
2. The Jayakarta SP Hotel & Spa Jakarta
pandemi yang menghantam industri perhotelan juga memukul Hotel bintang empat ini, ditandai dengan anjloknya tingkat okupansi. Pembatasan jumlah tamu dan berbagai larangan pengadaan acara dan pertemuan berimbas pada pendapatan hotel.
"Berbagai program dan target yang kita rencanakan sebelum pandemi berantakan semua," kata Rahadian Firmansyah, general manager The Jayakarta SP Hotel & Spa Jakarta.
Kendati demikian, hotel ini mampu bertahan. Mereka berhasil mempertahankan semua pekerjanya dan mampu beradaptasi di tengah situasi yang sulit. Salah strategi bertahannya adalah dengan mengoptimalisasi kerjasama dengan online travel agency (OTA) untuk melakukan branding ke ranah digital, dan meningkatkan tingkat okupansi.
3. The Papandayan Hotel
Selama masa pandemi, tingkat hunian kamar The Papandayan turun cukup signifikan. Hal ini merupakan imbas dari regulasi pembatasan sosial yang diterapkan pemerintah terhadap pembatasan jumlah tamu dan larangan penyenggaraan acara maupun pertemuan (MICE).
Namun, hotel ini tetap beroperasi dan terus berinovasi dengan membidik segmen pasar yang potential di masa pandemi. Di era pandemi ini, kontribusi dari pemesanan online di The Papandayan semakin meningkat seiring perubahan perilaku trend pasar terhadap berbagai kebutuhan yang dilakukan dengan teknologi digital.
"Tamu yang memesan kamar hotel secara online melalui berbagai OTA semakin meningkat, dan Agoda merupakan salah satu dari tiga OTA yang berkontribusi tinggi terhadap revenue hotel kami," ujar Lusi Susanti, Director of Sales and Marketing The Papandayan Hotel.
Itulah tiga cerita dari pengelola hotel yang berhasil bertahan di tengah kondisi pandemi lewat inovasi di bidang digital. Sekiranya, dewasa ini dunia digital memang menawarkan kebaruan dan inovasi yang tiada henti di sektor pariwisata.
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum