Mundur ke tahun 70-80an, adalah masa jaya para penari ronggeng dengan goyang Karawangnya. Selain kerap dipanggil untuk mengisi acara, para praktisi goyang Karawang juga kerap disawer dan mendapat banyak uang.
"Kalau lagi goyang suka ada yang nepuk (nyawer) itu ke bokong sama penonton, sebelah kanan kiri. Saya sudah pada sakit ini ditepuk terus bokongnya," cerita Mak Itoh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berbeda dengan aktivitas nyawer pada umumnya yang dilakukan dengan menebar uang ke arah penarik, para penari ronggeng kerap disawer di area bokong yang jadi 'atraksi' utama mereka.
Namun, kegiatan menyawer di bokong itu tak jadi satu-satunya cara bagi penonton untuk menunjukkan minatnya. Malah, ada juga yang menyawer dengan cara menggigit uang di mulutnya.
"Saya suka terima banyak pemuda yang menodongkan uang lewat mulut, tapi nggak saya tanggapi. Nggak mau, meskipun lagi perlu nyari uang nggak mau kayak gitu," ujar Mak Itoh tegas.
Walau kerap dihadapkan pada iklim goyang Karawang yang negatif saat itu, Mak Itoh tetap memegang teguh prinsipnya sebagai wanita. Ia tak membiarkan sembarang orang melecehkannya lebih jauh.
Ketika ditanya masa kini, Mak Itoh memilih untuk menutup lembaran masa lalu di dirinya saja. Walau ia memiliki sanggar yang populer dengan nama H. Baskom (nama almarhum suami) atau Akom, ia tak mewariskan gerakan goyang Karawang pada murid dan anak yang jadi penerusnya.
"Sebelum berangkat ke tanah suci juga saya sudah berhenti, istirahat. Saya sempat berpikir sepertinya seni ini nggak akan lanjut, cuma saya bisa lanjut kayak gini kan amanah dari almarhum mbah Akom," ujarnya.
Kisah sejati goyang Karawang mungkin memang hanya berhenti sampai di Mak Itoh saja, tapi tidak dengan regenerasi topeng banjet dan tari Jaipong yang kian populer di kalangan muda-mudi Karawang kini. Jauh dari stigma erotis yang melekat pada para pendahulunya.
Tonton Video 20Detik: 'Mengenal Sejarah Goyang Karawang yang Lekat Dinilai Erotisme'
(rdy/ddn)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan