Milenial yang Ubah Persepsi Goyang Karawang

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Goyang Karawang

Milenial yang Ubah Persepsi Goyang Karawang

Johanes Randy Prakoso - detikTravel
Jumat, 24 Sep 2021 20:09 WIB
Mahasiwa Junior Studio Karawang
Ilustrasi penari Jaipong (Randy/detikTravel)
Karawang -

Dahulu, goyang Karawang kerap dikonotasikan dengan hal erotis. Namun, kini generasi muda hadir untuk membawa angin perubahan.

Setelah mewawancarai penari ronggeng generasi lama Mak Itoh, detikTravel juga bertanya perihal istilah goyang Karawang pada generasi muda Karawang kini. Kami pun mendatangi sanggar Mahasiwa Junior Studio, salah satu yang aktif melestarikan budaya seni tari di Kabupaten Karawang.

Bertempat di studio yang tergabung dengan kolam renang dan lapangan futsal, kami disambut oleh Nurmaulinawati selaku sang pemilik sanggar. Nur pribadi termasuk ke dalam penari generasi muda.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Diceritakan olehnya, Nur mulai belajar menari sejak duduk di bangku sekolah dasar. Walau kini tengah mengandung, ia tetap mendedikasikan diri pada seni budaya dari tanah kelahirannya itu.

"Kalau saya belajar nari sejak 3 SD. Mulai dari ikut sanggar kemudian ikut-ikut lomba dan Alhamdullilah ikut kejuaraan, ingin ikut memajukan budaya nasional agar anak zaman sekarang suka," ujar Nur.

ADVERTISEMENT
Mahasiwa Junior Studio KarawangNurmaulinawati, pemilik sanggar Mahasiwa Junior Studio Karawang (Randy/detikTravel)

Nur pribadi membuka sanggar seni sejak tahun 2014 lalu dan masih lanjut hingga saat ini. Total, kini ada 30-an murid yang belajar di sanggarnya.

"Sebenarnya banyak minat anak-anak Karawang yang ingin melestarikan budaya bangsa, terlebih tari tradisional. Ini lebih langka dan jarang diminati gitu," pungkasnya.

Sebagai penari yang ikut mempopulerkan istilah goyang Karawang, Nur juga mengetahui perihal stigma negatif yang populer di kalangan publik luar Karawang. Bedanya, Nur adalah penari jaipong generasi kini dan bukan penari ronggeng.

"Pada dasarnya Jaipong itu tak semua berunsur negatif. Mungkin erotis ada goyangnya, tapi Jaipong itu tak semua harus berpatokan pada negatif," ujar Nur.

Selanjutnya: Generasi muda yang membawa perubahan di goyang Karawang

Tak hanya kesan erotis, goyang Karawang juga erat dengan nuansa mistis. Hal itu tak lepas dari popularitas film arwah goyang Karawang yang sempat tayang di bioskop.

Sebagai generasi muda, tugas Nur adalah menghilangkan stigma negatif itu dan mengemasnya kembali di pentas nasional hingga internasional.

"Dulu Jaipong lebih ke mistis ya [mungkin], tapi sekarang seiring berkembangnya zaman lebih berkembang lagi. Perkembangannya ada campuran musik etnik, kontemporernya juga. Sekarang jaipong jadi jaipong kreasi," ujarnya.

Mahasiwa Junior Studio KarawangRisma, salah satu penari di Mahasiwa Junior Studio Karawang (Randy/detikTravel)

Tak hanya Nur, sang adik Risma Mulinawati yang mewakili penari generasi muda juga ikut meneruskan jejak langkah kakaknya. Ikut bergabung di sanggar yang sama, Risma berkeinginan untuk ikut mempopulerkan goyang Karawang lewat tari jaipong.

"Karena saya hobi menari, ingin melestarikan budaya bangsa. Saya terinspirasi dari kakak saya sarjana seni tari. Mudah-mudahan saya bisa ikut sukses seperti kakak saya," ucap Risma dengan semangat.

Seperti kakaknya, Risma juga mulai menari sejak duduk di kelas 3 bangku sekolah dasar. Dengan menari, ia ingin mengajak semua teman-temannya untuk ikut mempopulerkan seni budaya

"Saya ingin mengajak teman-teman dan adik saya untuk menari bersama saya untuk melestarikan budaya bangsa," ajak Risma.

Apa yang dijalani oleh Nur dan Risma dewasa ini memang begitu berbeda dengan para pendahulunya yang menari untuk bertahan hidup. Hanya layaknya setiap kisah perjuangan, masing-masing memiliki caranya sendiri untuk bertahan dan melangkah maju.


Travel Highlights
Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikTravel
Geol Goyang Karawang
Geol Goyang Karawang
13 Konten
Lahir di kawasan pesisir utara, nama goyang Karawang begitu populer di tahun 1980-an. Kerap dipandang dengan stigma negatif, padahal itu adalah seni budaya.
Artikel Selanjutnya
Hide Ads