Nyepur dan Gowes Seli: Kopi Ranau Warung Moli

Gowes dengan sepeda lipat (seli) kali ini sampai di Baturaja. Menyeruput kopi dan melebur dengan warga lokal.

Hujan mempertemukan kami di Baturaja, Kabupaten Ogan Komering Ulu (Sumatera Selatan), Selasa (31/82021) pagi. Tetesan banyu langit itu memaksaku menepikan sepeda lipat di sebuah warung kopi jadul saat melintas jalan Kapten Syahrial.

"Kopi hitam atau kopi susu?" sambut seorang pria paruh baya menawarkan dua sajian andalan.

Pria yang ternyata sang pemilik kedai ini telah mengelola usaha sejak 40 tahun silam, berlabel namanya sendiri, Warkop Moli.

"Asal kopinya dari daerah sekitar sini aja," kata Moli.

Tak heran, sejak masa kolonial, wilayah OKU adalah daerah penghasil robusta berjuluk Kopi Ranau, satu di antara jenis komoditas unggulan Sumsel seperti Semendo dari Muara Enim, Dempo asal Pagaralam dan Basemah (Lahat) serta Selangit (Empat Lawang).

Namun dari manapun asalnya, jenis kopi hanyalah pelengkap sempurna dari warkop yang lebih menawarkan keintiman antar pengunjung juga pengelola. Usai menyajikan secangkir kopi, Koh Moli tak segan ikut reriungan dan tak jarang turut menimpali rumpian pelanggan.

Tawa pun berhamburan di antara mereka.

Di luar, hujan telah reda. Saatnya kembali mengayuh seli menyusuri berbagai landscape kota.

Sayangnya niatan untuk mencoba KA Kuala Stabas dari Baturaja ke Tanjung Karang (Lampung) gagal terlaksana. Tak mengapa, bukankah itu bisa jadi alasan untuk kembali menyambangi kota kabupaten yang oleh milenial masa kini dilabeli King Stone City, suatu saat nanti.