Kalurahan Jatimulyo di Kulon Progo jadi rumah bagi ratusan spesies burung. Dulu warga desa ini hobi berburu burung, namun sekarang malah melindungi mereka.
Kalurahan Jatimulyo berada di Kapanewon Girmulyo, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Sebelum didapuk jadi desa ramah burung, banyak warga di sini dahulu bekerja sebagai pemburu burung sebelum akhirnya taubat dan ikut aktif dalam upaya melestarikan satwa tersebut.
Salah satu mantan pemburu itu ialah Kelik Suparno (41). Warga Dusun Gunung Kelir, Jatimulyo ini bercerita, sejak kecil ia sudah aktiv berburu burung. Hal ini tak lepas dari banyaknya warga di sekitar tempat tinggalnya yang terlebih dulu jadi pemburu.
"Walah di tempat saya itu kalau satu RT lebih dari 100 KK (jadi pemburu), kalau mau dishoot itu yang duduk di sana juga (mantan) pemburu semua," ujar Kelik saat ditemui detikcom di Jatimulyo, belum lama ini.
Aktivitas perburuan di Jatimulyo yang sudah turun-temurun itu tak lepas dari tingginya permintaan pasar. Kelik sendiri, mengincar burung kicauan karena memiliki nilai jual yang tinggi.
"Dulu yang diburu terutama yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Seperti jenis sulingan, ulo, terus burung-burung yang kicauan terutama," ujar Kelik.
Burung hasil buruan itu kemudian dijual ke penghobi. Harganya terbilang lumayan, di atas Rp 100 ribu sampai Rp 1 juta per ekor. Kelik pun menikmati hasil usaha itu. Sampai pada satu titik ia memutuskan tobat.
Momen pertobatan itu terjadi saat Kelik yang memiliki usaha perkebunan kopi mulai jarang mendengar kicauan burung di kebunnya. Hilangnya suara itu membuat suasana jadi sepi.
Ia pun teringat dengan aksinya memburu burung dan berprasangka bahwa hilangnya kicauan itu karena perbuatannya.
"Alasan taubat karena saya punya kebun dan sering ke kebun kok merasa sepi ya enggak ada kicauan burung, dan mulai berpikir, jangan-jangan karena perbuatan saya," kata dia.
Selanjutnya --->> Alasan Berhenti Berburu Burung
(wsw/fem)