Polemik Glow in The Dark Kebun Raya Bogor Berlanjut, Ada Apa Ya?

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Polemik Glow in The Dark Kebun Raya Bogor Berlanjut, Ada Apa Ya?

M. Sholihin - detikTravel
Jumat, 15 Okt 2021 14:49 WIB
Kebun Raya Bogor dan rencana wisata malam
Foto: M. Solichin/detikcom

Ahli Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian IPB, Dadan Hindayana, ikut angkat bicara tentang polemik wisata cahaya malam yang dianggap berpotensi mengganggu ekosistem Kebun Raya Bogor. Menurutnya, spektrum cahaya yang ditanggap manusia dengan hewan berbeda.

Dadan menjelaskan visible light yang dapat ditangkap oleh indra manusia ada di kisaran 400 - 700 nm (nanometer).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dan diketahui yang sangat berpengaruh nyata terhadap proses fotosintesis tumbuhan ada pada panjang gelombang 450-495 nm untuk warna biru dan 620 - 750 nm warna merah," ujar Dadan.

Kebun Raya Bogor dan rencana wisata malamKebun Raya Bogor dan rencana wisata malam Foto: M. Solichin/detikcom

Selain jenis warna, kata Dadan, juga penting diketahui seberapa besar intensitas cahaya yang digunakan.

ADVERTISEMENT

"Menarik untuk dikaji jika kita menggunakan spektrum warna selain biru dan merah, misalnya hijau apakah itu akan mempengaruhi proses visiologi tumbuhan di malam hari," Dadan menjelaskan.

Ia menjelaskan ada beberapa serangga yang selain UV juga bisa melihat warna lain, misal Lalat bisa juga melihat hijau, Lebah dapat juga melihat biru dan kuning.

"Spektrum cahaya yang ditanggap manusia, berbeda dengan hewan utamanya serangga. Serangga itu umumnya dapat menangkap cahaya Ultra Violet (UV), spectrum yang manusia tidak bisa melihatnya," kata dia.

Sementara itu, pemerhati lingkungan MS Kaban mengatakan Kebun Raya Bogor (KRB) sangat cocok untuk mengembangkan wisata koservasi. Dengan catatan, beriringan dan seimbang.

"Jadi Kebun Raya Bogor dikenal dunia, mau tidak mau dia akan dikunjungi, sehingga peluang untuk menjadi kawasan wisata konservasi sangat terbuka," katanya.

Mantan Menteri Kehutanan Era Presiden SBY ini menilai KRB dari sudut pandang sebagai lokasi konservasi wisata, menjalankan dua fungsi itu secara beringan dan seimbang.

"Jadi kalau saya lihatnya ini tidak dipertentangkan, tapi dia harus dicari titik keseimbangan karena konservasi dan wisata itu menjaga keseimbangan," kata dia.


(fem/fem)

Hide Ads