Brand hotel RedDoorz tetap mencatat performa okupansi yang terbilang bagus. Tingkat keterisian kamar dari mereka di atas rata-rata nasional.
Apa rahasianya? Director of Hotel Partner RedDoorz Indonesia, Yudhistiral, mengungkapkannya pada detikTravel.
"Selama pandemi kami masih bisa survive. Soal okupansi, tingkat keterisian bergantung pada PPKM daerahnya, tapi kita berada di angka 60% dari rata-rata angka okupansi nasional yang hanya sekitar 20%," kata Yudhistira, mengawali obrolan, Kamis (21/10/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Angka okupansi rerata nasional bergerak dari 20-40% selama pandemi ini," dia menambahkan.
Jadi, selama pandemi ini, RedDoorz melakukan strategi survival mode dengan pendekatan yang lebih personal. Berikut penjelasannya.
"Di pandemi ini apa yang kita lakuin try to understand persona dari orang-orang yang memang biasa ke hotel-hotel RedDoorz maupun hotel-hotel portofolio kita yang lain, seperti Sans, Urbanview, Sunerra," ujar Yudhistira.
"Di situ campaign-campaign mengarah ke personalisasi. Jadi persona tertentu akan mendapatkan message tertentu yang berbeda. Jadi pendekatan teknologinya speerti itu," imbuh dia.
"Kayak messaging campaign-nya lebih tajamlah. Jadi nggak yang one size fit all. Di daerah tertentu akan berbeda kita angkat destinasi lokalnya," kata dia lagi.
Tak hanya itu, RedDoorz juga beradaptasi agar mitra mendapat okupansi. Juga, yang dilakukan perusahaan adalah mengerti keadaan di lapangan.
"Sehingga, kami bisa menjembatani itu karena kami perusahaan teknologi, karena kami tak memiliki properti utuh. Kami beri bantuan operasional, training house keeping. Fokus kami social impact," ujar Yudhistira.
(msl/fem)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!