TRAVEL NEWS
Dari 1.500 Pengusaha Wisata di Bandung, Hanya 385 yang Miliki CHSE

Dari 1.500 pelaku para wisata di Kota Bandung, hanya 385 pengusaha parawisata yang sudah memiliki Cleanliness, Health, Safety & Environment Sustainability (CHSE) di Kota Bandung, Jawa Barat.
Pelaku parawisata ini di antaranya, hotel, resto, hingga destinasi wisata yang ada di Kota Bandung.
"Di Kota Bandung pengusaha parawisata yang sudah mendapatkan sertifikat CHSE dari Kemenkraft RI ada 385 usaha parawisata dari hotel jumlahnya 345, resto 1.250 dan destinasi wisata 6, termasuk tempat hiburan, paling baru 25 persen," kata Kepala Seksi Destinasi Wisata Disbudpar Kota Bandung Faisal Tachir di Balai Kota Bandung, Selasa (16/11/2021).
Faisal berujar, Sertifikat CHSE ini harus diurus mandiri oleh pelaku usaha itu sendiri. "Harus bersifat mandiri, mereka harus mengupload syarat-syarat yang dikeluarkan Kemenkraft di web," ujarnya.
Faisal mengungkapkan, jika ada salah satu syarat yang tidak bisa dipenuhi, maka tidak akan disurvei oleh pihak Kemenkraft RI.
"Karena memang banyak syarat-syaratnya untuk mendapatkan sertifikasi itu, sehingga ketika mereka tidak memenuhi salah satu syarat tidak akan dikunjungi, misal tidak dipenuhi tidak akan dikunjungi," ungkapnya.
Meski demikian, Faisal mengatakan, Sertifikat CHSE bukan syarat bagi pelaku usaha parawisata, namun bisa menjadi jaminan bagi wisatawan. Menurutnya, syarat utama di Kota Bandung yakni aplikasi PeduliLindungi.
"Bukan salah satu syarat mutlak, tapi ini memberikan jaminan keamanan dan kenyamanan kepada wisatawan, CHSE ini jadi salah satu senjata utama bagi para pelaku wisatawan, syarat utama itu PeduliLindungi di Perwal No 103," jelasnya.
Untuk destinasi wisata di Kota Bandung sudah memiliki Sertifikat CHSE, kecuali Taman Lalu Lintas yang saat ini belum diizinkan untuk beroperasi.
"Setahu saya Kebun Binatang, Trans Studio, Karang Setra, Saung Angklung Udjo dan Kiara Artha sudah, cuman Taman Lalu Lintas karena belum bisa buka jadi baru diperoses," tuturnya.
Faisal juga mengakui, belum semua pengusaha parawisata yang menggunakan aplikasi PeduliLindungi. Namun pihaknya, belum memiliki datanya.
"Ini jadi kendala untuk mendapatkan aplikasi PeduliLindungi kita harus ke Kemenkes, tidak bisa sertamerta mengupload, saya belum ada datanya pengusaha parawisata yang belum pakai aplikasi PeduliLindungi," paparnya.
Namun, menurutnya untuk tiga museum, Museum Geologi, Asia Afrika dan Sribaduga sudah menggunakan aplikasi PeduliLindungi.
"Tapi sekarang yang namanya aplikasi PeduliLindungi sudah digunakan di museum, seperti Asia Afrika, Geologi dan Sri Baduga," pungkasnya.
Simak Video "Polisi Ringkus Penjual Miras Oplosan di Bandung"
[Gambas:Video 20detik]
(sym/sym)