Otoritas Taiwan mulai khawatir dengan munculnya ratusan ekor kodok beracun di negara mereka. Kodok ini dikhawatirkan bisa mengganggu keseimbangan ekosistem.
Kodok beracun itu disebut Cane Toad dalam bahasa Inggris. Nama ilmiahnya Rhinella marina. Kemunculan ratusan ekor kodok yang dikenal memiliki racun ini tentu saja mengkhawatirkan beberapa ilmuwan di Taiwan.
Masalahnya spesies kodok tersebut bukanlah asli dari Taiwan, melainkan berasal dari Amerika Tengah dan Selatan. Spesies itu pun masuk dalam kategori spesies alien yang membahayakan ekosistem setempat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para relawan dari Amphibian Conservation Society Taiwan menemukan ada lebih dari 20 ekor kodok beracun itu di taman kota. Mereka pun memperkirakan ada lebih banyak lagi spesies kodok itu yang ada di alam liar.
Dari puluhan kodok beracun yang ditemukan relawan, sebagian besar dari mereka masih berusia belia. Itu menandakan kodok-kodok ini telah berhasil bereproduksi dengan massif.
Sejak temuan itu, Endemic Species Research Institute Taiwan telah menangkap lebih dari 200 ekor kodok beracun itu di alam liar. Jumlah itu terhitung besar untuk ukuran spesies yang bukan berasal dari Taiwan.
Kodok beracun itu diberi nama Cane Toad, alias kodok tebu karena dulunya digunakan untuk membasmi hama serangga yang menyerang tanaman tebu. Berasal dari benua Amerika, jenis kodok ini akhirnya diekspor ke beberapa negara yang memiliki perkebunan tebu untuk membantu membasmi hama di sana.
Namun lama kelamaan, pertumbuhan dan perkembangbiakan jenis kodok ini jadi tidak terkendali. Mereka juga dikenal sebagai spesies yang sangat mudah untuk bertahan hidup di berbagai kondisi.
Spesies kodok beracun ini pun bisa menghancurkan ekosistem satwa lokal. Mereka juga bisa menyebar dan berkembang biak dengan cepat.
Yang Yi-ju dari Universitas Negeri Gong Hwa, menyatakan sampai saat ini masih belum terlihat tanda-tanda kemunculan kodok beracun itu lagi.
Namun dia juga mengatakan agar warga Taiwan jangan lengah dan cepat bersuka cita, karena kodok itu baru akan mulai masuk musim kawin.
"Musim semi berikutnya adalah musim kawin mereka. Itulah saat yang tepat untuk mengetahui apakah kodok beracun itu masih ada atau tidak," pungkas Yi-ju.
(wsw/wsw)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Hutan Amazon Brasil Diserbu Rating Bintang 1 oleh Netizen Indonesia