Dunia Penerbangan di Awal 2022: 4.000 Lebih Pesawat Gagal Terbang karena Omicron

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Dunia Penerbangan di Awal 2022: 4.000 Lebih Pesawat Gagal Terbang karena Omicron

Syanti Mustika - detikTravel
Selasa, 04 Jan 2022 07:41 WIB
Ilustrasi wanita menggunakan masker di bandara
Foto: Getty Images/iStockphoto/tonefotografia
Jakarta -

Keberadaan varian Omicron berdampak pada pembatalan ribuan penerbangan di dunia. Terakhir, lebih dari 4.000 penerbangan di dunia batal mengudara.

Dilansir dari Reuters, Selasa (4/1/2022) sebagian besar penerbangan yang batal ada di wilayah AS. Tidak hanya Omicron yang memperburuk situasi, cuaca yang tidak bersahabat juga bikin ribuan penerbangan batal.

Berdasarkan situs FlightAware.com secara global, lebih dari 11.200 penerbangan ditunda. Di antara maskapai dengan pembatalan terbanyak adalah SkyWest (SKYW.O) dan SouthWest (LUV.N), dengan masing-masing 510 dan 419 pembatalan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelum adanya pandemi Corona, Natal dan Tahun Baru adalah puncak untuk perjalanan udara. Namun, cepatnya penyebaran varian Omicron dan menyebabkan tajamnya jumlah yang terinfeksi memaksa maskapai penerbangan untuk membatalkan penerbangan karena pilot dan awak kabin dikarantina.

Tidak hanya itu, agen transportasi di seluruh Amerika Serikat juga menangguhkan atau mengurangi layanan karena kekurangan staf terkait virus corona. Selain AS, Omicron telah membawa rekor jumlah kasus dan berdampak pada perayaan Tahun Baru di sebagian besar dunia.

ADVERTISEMENT

Meningkatnya kasus COVID di AS telah menyebabkan beberapa perusahaan mengubah rencana untuk menambah jumlah karyawan yang bekerja dari kantor mulai Senin ini.

Berdasarkan perhitungan Reuters, otoritas AS mencatat setidaknya 346.869 virus Corona baru pada hari Sabtu (1/1). Jumlah kematian AS dari COVID-19 naik setidaknya 377 menjadi 828.562.

Dari keterangan serikat pekerja maskapai penerbangan awak kabin maskapai penerbangan AS, pilot, dan staf pendukung enggan bekerja lembur selama liburan, kendati ada tawaran insentif keuangan yang besar. Mayoritas takut tertular COVID-19 dan tidak ingin menghadapi potensi berurusan dengan penumpang yang sulit diatur.

Pada bulan-bulan sebelum liburan, maskapai merayu karyawan untuk memastikan staf yang solid. Itu mereka lakukan setelah merumahkan atau memberhentikan ribuan orang selama 18 bulan terakhir karena pandemi yang membuat industri ini tertatih-tatih.




(sym/fem)

Hide Ads