Magawa Tikus Pengendus Ranjau Itu Mati, Jasanya Abadi

Femi Diah - detikTravel
Rabu, 12 Jan 2022 14:43 WIB
Tikus berkantung raksasa Afrika Magawa mati. (PDSA)
Phnom Penh -

Magawa, tikus pengendus ranjau di Kamboja yang menemukan lebih dari 100 ranjau dan bahan peledak selama lima tahun mengabdi, mati. Usianya 8 tahun.

Magawa mati pada akhir pekan lalu. Magawa menjadi tenar sebagai salah satu "HeroRAT" tersukses yang dikerahkan oleh badan amal internasional APOPO. Lembaga itu mengerahkan tikus berkantung raksasa Afrika untuk mendeteksi ranjau darat dan TBC.

"Magawa dalam kondisi sehat dan melewatkan pekan terakhirnya bermain dengan semangat seperti biasa, tetapi menjelang akhir pekan dia mulai lemas, lebih sering tidur dan tidak terlalu berminat terhadap makanan pada hari-hari terakhirnya," kata organisasi nirlaba dalam pernyataan, seperti dikutip dari Reuters.

Kamboja adalah salah satu negara dengan ranjau darat paling banyak di dunia, dengan lebih dari 1.000 km persegi tanah masih terkontaminasi.

Kamboja memiliki jumlah orang yang diamputasi terbanyak per kapita, lebih dari 40.000 orang kehilangan anggota badan akibat ledakan.

Untuk menggambarkan risiko ekstrem di negara itu, tiga warga Kamboja yang bekerja membersihkan ranjau tewas pada hari Senin di provinsi Preah Vihear, yang berbatasan dengan Thailand.

Heng Ratana, direktur jenderal Pusat Aksi Ranjau Kamboja menyebut tiga orang dari kelompok Ranjau Swadaya Kamboja tewas akibat ledakan dari ranjau anti-tank, yang juga melukai dua orang lainnya.

APOPO mengatakan kontribusi tikus Magawa memungkinkan masyarakat di Kamboja hidup, bekerja, dan bermain dengan lebih aman.

"Setiap penemuan yang dia buat mengurangi risiko cedera atau kematian bagi masyarakat Kamboja," kata APOPO.

Tikus berkantung raksasa Afrika itu sampai-sampai mendapatkan medali emas pada 2020 dari People's Dispensary for Sick Animals Inggris untuk "keberanian menyelamatkan nyawa dan pengabdian pada tugas".

Magawa, yang pensiun pada Juni 2021, lahir di Tanzania dan pindah ke Siem Reap di Kamboja pada 2016 untuk mulai membersihkan ranjau.

"Seorang pahlawan telah beristirahat selama-lamanya," kata APOPO.



Simak Video "WWF Nilai Hukuman Penjara untuk Pemburu Liar Masih Terlalu Rendah"

(fem/ddn)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork