Ada banyak masyarakat Indonesia yang mengaku melakukan perjalanan luar negeri untuk bekerja, tapi ternyata untuk berwisata. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Staf Presiden Moeldoko.
Pemalsuan alasan pergi ke luar negeri ini menjadi perhatian pemerintah untuk memberikan pembatasan. Pemerintah pun akan memperbaiki identifikasi tujuan orang ke luar negeri untuk mencegah penyebaran varian Omicron.
"Praktik di lapangan menunjukkan tidak sedikit yang ke luar negeri mengaku untuk bekerja, namun sebenarnya untuk wisata dan sebaliknya," kata Moeldoko dalam keterangan tertulis pada Rabu (19/1), mengutip CNNIndonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengingatkan 75 persen kasus COVID-19 varian Omicron berasal dari pelaku perjalanan luar negeri (PPLN). Kasus-kasus itu didominasi oleh orang yang baru datang dari Arab Saudi, Turki, Malaysia, Amerika Serikat, dan Uni Emirat Arab.
Mantan Panglima TNI itu berpendapat perlu ada perbaikan aturan perjalanan ke luar negeri. Dia menyebut perjalanan ke luar negeri akan diperketat, kecuali untuk pekerja migran Indonesia, pelajar, dan pelaku perjalanan dengan alasan kesehatan atau kemanusiaan.
"Nanti Ditjen Imigrasi akan berkoordinasi dengan KPC-PEN, Satgas, dan Kemenkes untuk menindaklanjuti rencana ini," tutur Moeldoko.
Sebelumnya, Indonesia melaporkan 840, kasus COVID-19 varian Omicron. Sebanyak 609 kasus di antaranya adalah orang yang baru datang dari luar negeri.
Data itu menjadi perhatian Presiden Joko Widodo. Dia meminta masyarakat untuk tidak berkerumun dan pergi ke luar negeri untuk sementara waktu.
"Saya juga meminta untuk tidak bepergian ke luar negeri jika tidak ada urusan yang penting dan mendesak," kata Jokowi, disiarkan kanal Youtube Sekretariat Presiden, Selasa (18/1).
(elk/rdy)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum