Universitas Cenderawasih bekerja sama dengan WWF Indonesia meluncurkan buku Panduan Lapangan Bagi Pemandu Ekowisata Pengamatan Burung di Papua.
Buku tersebut disusun berdasarkan hasil survei keragaman jenis burung di wilayah dataran rendah Papua Bagian Utara dan pulau-pulaunya. Hasil survei yang dilakukan oleh Universitas Cenderawasih dan Yayasan WWF Indonesia Program Papua dalam kurun waktu 2016-2019.
Baca juga: Indonesia Segera Punya Negara Tetangga Baru |
Hasil survei itu juga menjadi dasar dikembangkannya program ekowisata pengamatan burung berbasis masyarakat di beberapa lokasi seperti Kampung Rhepang Muaif dan Sawesuma di Kabupaten Jayapura, Kampung Sawendui dan Aryoubu di Kabupaten Kepulauan Yapen, Papua.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rektor Universitas Cenderawasih Dr Ir. Apolo Safanpo ST. MT mengatakan, universitas pertama yang berdiri di Tanah Papua, Universitas Cenderawasih terus berupaya meningkatkan kinerja dan mutu pelayanan pendidikan tinggi kepada masyarakat.
"Buku ini diharapkan memberikan manfaat untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dan memperkuat peran kampus dalam pengabdian masyarakat," ungkap Apolo dalam keterangannya, Jumat (28/1/2022).
Sementara itu, Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Cenderawasih, Dr. Dirk Y P Runtuboi menyatakan bahwa identifikasi keanekaragaman hayati dan pemanfaatan berkelanjutan merupakan salah satu fokus penelitian yang dilakukan oleh Fakultas MIPA Uncen sebagai kontribusi dalam melindungi keanekaragaman hayati Papua.
Buku ini memuat deskripsi 114 jenis burung dari 212 spesies yang tersebar di dataran rendah Papua, sehingga sangat representatif dijadikan salah satu acuan dalam pengamatan dan identifikasi burung, khususnya bagi masyarakat dan para pecinta burung, untuk turut serta menjaga dan melestarikan burung-burung di Papua.
Buku Panduan Lapangan Bagi Pemandu Ekowisata Pengamatan Burung di Papua itu berdasarkan data pengamatan yang diambil dari wilayah Kampung Rhepang Muaif, Hotep Sawesuma Kabupaten Jayapura, Asai, Sawendui, Kabupaten Kepulauan Yapen, dan Kabupaten Supiori, Papua.
"Selain sebagai panduan beraktivitas oleh pemandu ekowisata, buku ini juga merupakan sumber informasi dan edukasi bagi wisatawan bahwa burung-burung tersebut adalah satwa yang dilindungi dan pemanfaatannya hanya sebagai aset wisata berkelanjutan dan tidak boleh diperdagangkan atau dijadikan buah tangan," ujar Wika Rumbiak, Manager Program Papua Yayasan WWF Indonesia.
Buku ini dikemas dengan penuh warna. Ada beberapa fakta menarik tentang jenis burung tertentu, juga ilustrasi yang menarik minat anak-anak untuk lebih jauh belajar bagaimana mengidentifikasi morfologi burung.
Sedangkan untuk versi digitalnya, buku itu dilengkapi dengan fitur suara burung yang bisa langsung didengar. Berbagai keunikan buku ini membuatnya dapat digunakan pecinta burung baik anak-anak maupun orang dewasa.
(wsw/ddn)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum