Merespons penolakan itu, Hadassah of Indonesia, organisasi yang bergerak terkait isu Yahudi dan Israel menyebut tidak ada Museum Holocaust di Minahasa. Barang-barang terkait Holocaust yang dipamerkan di Minahasa disebut hanya untuk kepentingan pameran yang berlangsung selama satu tahun.
"Setahu saya itu pameran Holocaust di Sinagoga di Minahasa. Itu pameran selama 1 tahun. Jadi bukan museum. Karena bangunannya utama fungsinya Sinagoga. Dan itu tak masalah sebetulnya," kata pendiri Hadassah of Indonesia, Monique Rijkers kepada CNNIndonesia.com, Rabu (2/2).
Monique berpendapat pameran Holocaust itu itu memiliki peran penting. Sebab, edukasi soal peristiwa Holocaust di Indonesia selama ini masih sangat minim.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menyinggung sempat membuat film berjudul 'Nina Bobo untuk Bobby' untuk mengedukasi peristiwa kelam di masa lampau yang warga Yahudi di Eropa.
"Itu untuk edukasi bahwa Holocaust itu ada. Dan banyak juga orang baik. Seperti orang Indonesia yang nolong orang Yahudi. Lalu saya bikin video 6 orang Muslim menyelamatkan Yahudi saat Holocaust," kata dia.
Sementara itu, Center For Inter Religious Study and Traditions (CFIRST), sebuah forum kajian antar budaya dan agama menilai Museum Holocaust di Sulawesi Utara untuk mengingatkan adanya peristiwa kejahatan genosida yang dilakukan Nazi terhadap bangsa Yahudi.
Anggota CFIRST, Pendeta M Arif Mirdjaja sangat menyayangkan penolakan dari para pejabat MUI yang meminta untuk menghancurkan museum tersebut. Pasalnya, hal tersebut berpotensi sebagai pernyataan antisemit yang ingin menghapus memori kekejaman Nazi.
"Jadi orang-orang yang merasa terganggu dengan upaya pengungkapan kebenaran dari peristiwa kejahatan di masa lalu dapat ditafsirkan setuju dengan holocaust dan jelas-jelas menunjukkan perilaku antisemit dan mungkin saja pro Nazi Hitler," kata Arif dalam keterangan resminya, Rabu (2/2).
Pemerintah melalui Wakil Gubernur Sulawesi Utara (Sulut) Steven Kandouw turut mengapresiasi pembangunan Museum Holocaust. Steven mengatakan keberadaan Museum Holocaust menjadi catatan sejarah dunia.
Steven mengaku sebuah kehormatan besar Minahasa bisa menjadi lokasi pembangunan museum tersebut. Menurutnya, pembangunan museum itu sudah tepat, karena hidup antarumat beragama di Sulut sangat baik.
"Apresiasi yang tinggi atas dibangunnya gedung museum pertama di Asia Tenggara di Tondano Minahasa. Ini menjadi catatan sejarah, karena bukan hanya se-Indonesia, tapi se-Asia Tenggara," kata Steven di Kantor Gubernur Sulut, Jumat (28/1).
Simak Video "Menjelajah Tempat Ibadah Bersejarah di Puncak Bukit Kasih, Sulawesi Utara"
[Gambas:Video 20detik]
(rdy/rdy)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!