Pengembangan Pariwisata di Hutan Bowosie NTT Akan Serap 10 Ribu Tenaga Kerja

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Pengembangan Pariwisata di Hutan Bowosie NTT Akan Serap 10 Ribu Tenaga Kerja

Elmy Tasya Khairally - detikTravel
Selasa, 01 Mar 2022 17:42 WIB
Pengembangan Pariwisata Hutan Bowosie Akan Serap 10 Ribu Tenaga Kerja
Foto: Hutan Bowosie, Labuan Bajo (Istimewa)
Jakarta -

Pengembangan pariwisata Hutan Bowosie Labuan Bajo, NTT diperkirakan akan menyerap 10 ribu tenaga kerja. Tentunya hal ini berpotensi meningkatkan perekonomian dan menekan tingkat pengangguran warga setempat

Perhitungan penyerapan 10 ribu tenaga kerja tersebut merupakan hasil analisa Badan Pelaksana Otoritas Baji Flores yang didasari kebutuhan pembangunan dan kebutuhan daya tarik wisata yang akan tersaji di kawasan seluas 400 hektar. Bersama dengan Kemenparekraf, BPOLBF tengah bersia mengembangkan empat zona pariwisata di lahan tersebut.

Direktur Utama BPOLBF, Shana Fatina mengatakan, nantinya tak hanya kebutuhan SDM yang besar di kawasan tersebut, namun juga kebutuhan supply hasil pertanian dan peternakan, serta hasil kerajinan tangan, atraksi budaya dan lainnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Akan terjadi perputaran ekonomi di kawasan tersebut, hasil UMKM di Labuan Bajo akan terserap di kawasan tersebut, tidak kalah pentingnya desa-desa di sekitar akan ditata dan dilibatkan, seperti kebutuhan SDM, supply logistik, produk kreatif, seni budaya, kebutuhan homestay, dan sebagainya" ungkap Shana Fatina di Labuan Bajo, NTT, Selasa (1/3/2022) dalam siaran pers.

Pengembangan tersebut didasari pada amanah Presiden Joko Widodo melalui Pepres Nomor 32 Tahun 2018 dengan penetapan pengelolaan yang dilakukan oleh Badan Pelaksana tahun 2019. Di dalamnya mengatur tentang perubahan status dan pemanfaatan 400 hektar hutan Bowosie di Kabupaten Manggarai Barat, dimana paling sedikit 146 hektare akan menggunakan skema izin Perizinan Berusaha Pemanfaaran Hitan-Pemanfaatan Jasa Lingkungan (PBPH-JL) sebagai wisata alam.

ADVERTISEMENT

Shana menjelaskan, pengembangan kawasan dibagi menjadi empat zona, yaitu zona cultural, district, wildlife district, adventure district dan leisure district.

"Semua pembangunan ini tentunya mengedepankan prinsip keberlanjutan lingkungan dan menjadi komitmen BPOLBF dalam mengembangkan kawasan pariwisata berkualitas di hutan Bowosie. BPOLBF telah berkoordinasi dengan para ahli untuk bisa memanfaatkan dan juga menjalankan Perpres ini dengan prinsip pembangunan berkelanjutan sehingga kelestarian lingkungan terjaga dan dampaknya bisa dirasakan warga lokal. Di banyak wilayah Indonesia, pariwisata terbukti bisa melestarikan alam dan budaya, sekaligus meningkatkan perekonomian," jelas Shana Fatina.

Pada kesempatan yang sama, Direktur BPOLBF Konstant, Mardinandus Nandus menambahkan, dalam pengembangan kawasan otorita, dilakukan pula studi hidrogeologi terpadu dan analisis dampak lingkungan. Sehingga kelestarian mata air tetap terjaga dan tidak akan mengganggu suplai untuk warga setempat.

Pengembangan pariwisata kawasan Hutan Bowosie masuk dalam prinsip keberlanjutan lingkungan hidup. Sebab itu, rencana pembangunan ditetapkan koefisien dasar bangunan dan luas area terbangun sangat rendah di setiap zona, guna tetap mendukung fungsi ekologi kawasan hutan tersebut.

"Adapun rincian persentase pengembangannya adalah sebagai berikut, zona budaya 6,51% dari 26 hektar dan 22,23% dari 88,73 hektar. Zona santai 5,13% dari 20,49 hektar dan 10,60% dari 42,32 hektar. Zona alam 22,36% dari 89,25 hektar. Zona petualangan 33,17% dari 132,43 hektar," papar Konstant Mardinandus.

Rencana pembangunan akan di mulai pada bulan Maret ini. Kemudian dilanjutkan pembangunan dan penataan sarana prasarana pariwisata.

"Pembangunan tersebut ditargetkan akan selesai pada tahun 2024. Penyerapan tenaga kerja dipastikan akan dimulai sejak awal pembangunan dikerjakan," ujar Konstant.

Sementara itu, menurut Kepala Desa Golo Bilas, Paulus Nurung, masyarakat sekitar kawasan Hutan Bowosie sangat mendukung pembangunan ini. Mereka berharap bisa membuka lapangan kerja dan meningkatkan taraf hidup masyarakat desa. Paulus menginginkan pembangunan pariwisata di Labuan bajo bisa dinikmati semua lapisan masyarakat, termasuk masyarakat desa.

"Kami masyarakat desa menginginkan pariwisata bisa berimbas ke desa, tidak hanya datang ke Labuan Bajo, sewa kapal kunjungi hewan Komodo dan balik pulang. Ada lama tinggal di Labuan Bajo, berinteraksi dengan kami dan terjadi perputaran ekonomi disini. Hasil pertanian maupun peternakan kami bisa terserap," Paulus berharap.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Momen Wamenpar Ikut Pungut Sampah di Labuan Bajo"
[Gambas:Video 20detik]
(elk/elk)

Hide Ads