Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menggelar konferensi internasional. Selain promosi Likupang sebagai destinasi super prioritas, juga menggali berbagai potensi produk wisata Likupang dan Sulawesi Utara yang pengembangannya perlu dibarengi dengan upaya pelestarian alam dan budaya sehingga dapat menyejahterakan masyarakat.
Konferensi itu bertema "Likupang - North Sulawesi: Discover The Hidden Paradise". Agenda dilangsungkan secara hybrid di Novotel Manado Golf Resort & Convention Center, Provinsi Sulawesi Utara.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, dalam sambutannya secara daring, menyampaikan bahwa Likupang sebagai destinasi pariwisata super prioritas merupakan paket lengkap dengan keindahan alam yang dipadukan dengan kearifan budaya lokal. Di dalamnya tersimpan tanggung jawab yang besar untuk mengelola destinasi agar berkualitas, tetap lestari dan mendatangkan kesejahteraan masyarakat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Untuk itu, mari bersama kita jadikan pelaksanaan kegiatan konferensi internasional ini sebagai kesempatan untuk membangun kolaborasi dengan menggali semua potensi DSP Likupang dengan 3T (tepat manfaat, tepat sasaran, dan tepat waktu), untuk kebangkitan ekonomi, pembukaan lapangan kerja di Sulawesi Utara, khususnya Likupang," kata Menparekraf Sandiaga, Selasa (8/3/2022).
Melalui PP No.84 tahun 2019 Pemerintah Pusat menetapkan Likupang menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Likupang dan menjadi salah satu dari lima Destinasi Super Prioritas Pariwisata di Indonesia.
Keberadaan KEK Likupang tentu saja tidak dapat berdiri sendiri. Pengembangan Likupang harus juga dibarengi dengan upaya pengembangan daerah-daerah tujuan wisata lainnya yang terintegrasi dengan daerah penyangga seperti Manado, Tomohon, Bitung, Tondano, Minahasa Utara dan daerah lainnya agar wisatawan dapat menikmati berbagai pengalaman yang unik dan berkesan.
Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaraan Kegiatan Kemenparekraf/Baparekraf, Rizki Handayani Mustafa, mengungkapkan bahwa salah satu jenis wisata di Likupang yang memiliki potensial dan memiliki keunggulan adalah gastronomy tourism. Wisatawan tidak hanya berkunjung untuk menikmati sajian kuliner, tapi juga mengeksplorasi segala sesuatu yang berkaitan dengan kenikmatan dari makanan dan minuman di Sulawesi Utara yang terkenal dengan rempahnya.
"Ketika kita bicara gastronomi, kita berbicara bagaimana pola kehidupan masyarakat di dalam agriculture farming dan kemudian dipengaruhi oleh budaya, sehingga jadilah suatu makanan dengan cita rasa dan keunikkan khas," ujar Rizki.
"Inilah yang menjadi kekuatan dari Sulawesi Utara, makanannya sangat kaya akan rempah. Seperti salah satu staf saya yang masih keturunan Sulawesi, ia selalu bercerita bagaimana omanya memasak dengan berbagai jenis daun yang belum pernah didengar sebelumnya, nah ini yang perlu kita buatkan narasinya terkait dengan kuliner yang ada," Rizki menambahkan.
Selain Likupang yang terkenal dengan wisata baharinya oleh para penyelam di Indonesia bahkan dunia, daerah penyangga seperti Tomohon sebagai kota bunga memiliki potensi wisata pedesaan, wellness tourism, dan juga wisata olahraga.
Konferensi internasional ini dibagi ke dalam dua sesi, dengan menghadirkan sejumlah narasumber yang membahas mengenai eksplorasi daya tarik keindahan alam tanah impian Likupang serta mengembangkan potensi integrasi pariwisata di Likupang.
Para pembicara dalam konferensi itu sepakat bahwa jika ada satu hal yang bisa mengangkat pariwisata Likupang maka itu adalah tentang sebuah cerita. Satu destinasi wisata boleh saja elok dan mengundang banyak wisatawan, namun jika dikemas dalam satu cerita yang terstruktur, jelas, mengena, dan mudah dipahami maka destinasi itu akan naik ke tingkat lebih tinggi.
Contohnya, dalam urusan memanjakan lidah. Sudah bukan rahasia lagi bahwa Sulawesi Utara dianugerahi beragam kuliner sedap. Hanya saja sedap saja tak cukup.
Pakar Kepariwisataan Politeknik Negeri Manado, Prof. Bet El Silisna Lagarense, mengatakan penyampaian cerita ini sangat penting untuk ditonjolkan maka para pramuwisata adalah ujung tombaknya.
"Pramuwisata berinteraksi langsung dengan para wisatawan, menceritakan kisah-kisah yang baru dan menarik sehingga membentuk pengalaman wisata yang positif. Tak hanya para pramuwisata, tapi cerita-cerita juga bisa juga didapatkan dari para penduduk setempat. Pariwisata tak hanya butuh dukungan pemerintah, tapi juga dari masyarakat sekitar," ujarnya.
Sementara, Kepala Pengembangan Proyek PT. MPRD, Paquita Widjaja Rustandi, menekankan kunci atraktif sebuah destinasi adalah konten. Menurutnya semua kawasan harus punya cerita tentang destinasinya, sehingga orang mau melakukan kunjungan wisata.
"Setidaknya ada dua cerita yang harus dikembangkan bersama oleh pemerintah dan warganya yaitu cerita tentang manusia dan cerita tentang budaya Likupang," kata dia.
Salah satu cerita yang bisa diangkat adalah fakta letak Likupang, dan Sulawesi secara umum di garis Wallacea. Wartawan Ekspedisi Wallacea Kompas, Aries Prasetyo menjelaskan bahwa di Sulawesi kita dapat menemukan fauna endemik yang tak bisa ditemukan di pulau manapun di dunia, antara lain tarsius, anoa, dan burung maleo. Kita layak berterima kasih kepada Alfred Russel Wallace, naturalis Inggris yang menjelajahi Sulawesi pada 1856, 1857, dan 1859.
"Wallace ini pencetus teori evolusi, lebih dulu daripada Charles Darwin. Namun memang orang memang lebih mengenal Darwin dan karyanya Origins of Species", Aries menjelaskan.
Likupang memang punya anugerah keindahan alam, namun Aries mengusulkan agar destinasi non-alam turut dikembangkan. Ada 170 situs bersejarah di Sulawesi yang sangat potensial diolah dengan cerita menarik. Belum lagi ditambah temuan-temuan lain di Garis Wallacea. "Indonesia kaya cerita, juga dongeng", dia menambahkan.
Pengamat Pariwisata Bahari Christian Fenie mengatakan anugerah lain yang patut digali maksimal adalah letak Sulawesi Utara di segitiga terumbu karang. Dalam kawasan inilah mayoritas terumbu karang tumbuh. Lebih dari dua per tiga terumbu karang seluruh dunia ada di segitiga ini. Christian punya pengalaman menyelam lebih dari 17.000 kali, memimpin 72 survei bawah air, dan menjadi konsultan pariwisata di 14 negara. Ia merangkum riwayat menyelamnya selama puluhan tahun itu.
"Soal keindahan bawah laut, Indonesia masih nomor satu. Tinggal menjaganya agar tidak rusak. Saran saya kalau wisata alam jangan dibuat massal agar tetap terjaga" kata Christian.
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol