Pemerintah China memutuskan untuk melockdown kota Changchun, menyusul lonjakan kasus Covid-19 baru di sana. Kota berpopulasi 9 juta jiwa itu dilockdown sampai batas waktu yang tidak ditentukan.
Penduduk Changchun diminta untuk tetap berada di rumah. Setiap rumah hanya satu orang yang diizinkan untuk keluar membeli bahan-bahan kebutuhan pokok atau pun makanan lainnya setiap dua hari sekali.
Dilansir detikTravel dari AP, Senin (14/3/2022), setiap penduduk Changchun juga wajib menjalani tes Covid-19 massal selama 3 kali. Transportasi umum dan tempat publik lainnya ditutup selama lockdown diberlakukan.
Pemerintah China melaporkan ada lonjakan kasus positif baru di provinsi Jilin, dimana kota Changchun berada. Total ada 98 kasus positif baru di provinsi itu, dimana 78 kasus berasal dari Changchun.
Sementara di kota lainnya di provinsi Jilin yang ada kasus positif COVID-19 baru, diberlakukan lockdown parsial, dimana penduduk kota itu masih diizinkan untuk berpergian, namun tetap dengan pengawasan yang ketat.
Pemerintah China memang menganut sistem 'zero tolerance' terhadap kasus positif COVID-19 baru. Mereka bersumpah akan melakukan lockdown bagi kota ataupun daerah yang ditemukan kasus COVID-19 baru, sampai kasus positif harian di daerah itu nol kembali.
Selain Changchun, kota Yucheng di provinsi Shandong juga tengah diberlakukan lockdown. Kota berpenduduk 500 ribu jiwa ini juga melarang warganya untuk meninggalkan rumah mereka. Tempat publik dan transportasi umum juga ditutup.
Pemerintah China sangat tegas dalam menegakkan aturan lockdown. Pejabat di Universitas Pertanian, Sains dan Teknologi Jilin bahkan dipecat dari pekerjaannya gara-gara muncul klaster penularan baru di kampusnya.
Simak Video "Video: Kepanikan Warga Rongjiang China saat Banjir Besar Melanda"
(wsw/ddn)