Pandemi COVID-19 memunculkan tren wisata baru di Swiss dan negara Eropa secara umum. Turis lebih lama menetap di satu tempat daripada berpindah-pindah.
Sebelum pandemi COVID-19, turis umumnya datang ke Eropa dalam waktu seminggu atau dua minggu. Mereka memanfaatkan transportasi dan kemudahan memasuki wilayah berbagai negara di Eropa untuk menghabiskan waktu di banyak negara dalam waktu singkat.
Akan tetapi karena saat ini mobilitas lebih terbatas, turis lebih memilih tinggal untuk waktu tertentu dengan melakukan berbagai kegiatan. Hal itu diungkapkan Direktur Switzerland Tourism wilayah Asia Tenggara Batiste Pilet pertemuan di Hotel Raffles, Jakarta, Kamis (24/3/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Biasanya turis liburan 7-10 hari, bahkan sampai 15 hari untuk mengunjungi beberapa negara. Tetapi sekarang dengan konsep deeper experience mereka bisa menetap di satu tempat untuk melakukan kegiatan terkait hobi dan lainnya secara mendalam," katanya.
Untuk di Swiss sendiri, kegiatan seperti bersepeda, bermain ski, membuat dan menikmati cokelat, hingga menikmati pegunungan salju dengan cable car dapat menjadi pilihan kegiatan. Berbagai fasilitas ramah anak juga tersedia di sana sehingga cocok dinikmati bersama keluarga.
Apalagi saat ini turis Indonesia sudah dipermudah untuk masuk ke negara itu. Indonesia masuk dalam daftar hijau Swiss sehingga untuk datang ke sana cukup siapkan visa Schengen tanpa perlu menunjukkan dokumen COVID-19 seperti bukti vaksin dan hasil negatif tes COVID-19.
Selain itu, di Swiss sendiri masyarakatnya tidak wajib memakai masker. Masker hanya wajib digunakan di dalam transportasi umum dan rumah sakit hingga bulan Maret. Mulai April, aturan itu juga akan dicabut.
(pin/ddn)
Komentar Terbanyak
PHRI Bali: Kafe-Resto Putar Suara Burung Tetap Harus Bayar Royalti
Traveler Muslim Tak Sengaja Makan Babi di Penerbangan, Salah Awak Kabin
Kronologi Penumpang Lion Air Marah-marah dan Berteriak Ada Bom