Rupanya, bisa lho booster di stasiun kereta api. Malah, jadi enggak perlu antigen buat naik kereta api setelah booster di sana.
Persiapan adalah kunci kesuksesan. Saya comot begitu saja dari kata-kata bijak yg melimpah-ruah di jagad maya.
Merujuk kalimat itu menjelang berkereta api jarak jauh, saya pun mendatangi Puskesmas Jatiasih Bekasi. Tujuannya, mencari vaksin booster dosis ketiga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Done! Hanya dalam hitungan menit sejak mendaftar, AstraZaneca pun menembus tubuh, melengkapi dua Sinovac yang telah bersemayam sebelumnya.
Keesokan harinya, Rabu (13/4) saya pun percaya diri mantap, seperti biasa menggowes sepeda lipat menuju Stasiun Bekasi. Sayangnya, vaksinasi ketiga itu ternyata belum terbaca di aplikasi PeduliLindungi.
Sesuai syarat perjalanan penumpang KAI, terpaksa harus melengkapi diri dengan antigen negatif Covid-19 lantaran dianggap baru dua kali vaksin.
"Sebetulnya kalau Bapak memang belum Booster malah tidak perlu antigen," ujar petugas saat boarding.
"Maksudnya?" tanyaku keheranan.
"Bisa langsung booster di stasiun ini, hehehe," kata dia kemudian terkekeh seraya menunjuk Counter Vaksin di dekat pintu selatan lama Stasiun Bekasi.
Rupanya antrean memang tidak terjadi saat vaksin di fasilitas kesehatan, namun lebih pada proses input data yang sepertinya ditunggu terkumpul cukup banyak dulu ke aplikasi, hihihi....
Kenyataan hidup memang kadang pahit, tak seindah untaian mutiara kata. Agar tak menyalahkan kutipan di awal yang terbukti manjur untuk banyak orang, saya mencari sumber yang lebih valid.
Hasilnya, malah ketemu dari lapangan tenis, dunia yang saya geluti. Petenis legenda AS, Arthur Ashe, bilang one important key to success is self-confidence. An important key to self-confidence is preparation.
Lha kalau sudah biasa percaya diri meski tanpa persiapan, seharusnya juga nekat saja langsung datang ke stasiun menjelang perjalanan.
Jadi masalahnya bukan pada persiapan, namun kurang pede hingga harus keluar biaya tambahan untuk tes antigen. Wkwkwk....
Dengan syarat dan ketentuan berlaku, pelaku perjalanan alias musafir memiliki keringanan dalam menjalankan ibadah puasa Ramadhan.
Namun, tentu saja tidak untuk perjalanan yang diniatkan sebagai kegiatan untuk menghabiskan waktu sembari menunggu datangnya saat berbuka seperti yang saya lakukan dari Stasiun Bekasi, Rabu (13/4) pagi ini.
KA Serayu sleeper ekonomi adalah pilihan tepat untuk pelaku perjalanan bertujuan ngabuburit ini. Bisa glundang-glundung rebahan di bangku yang sebagian besar kosong melompong.
Bisa pula melongok jendela, mensyukuri karunia Tuhan Sang Pencipta Semesta berupa keelokan alam Pasundan yang dalam seloroh Rohaniawan MAW Brouwer diciptakan saat Tuhan tersenyum, di sepanjang perjalanan.
Menjelang Maghrib, saya berhenti di Stasiun Ciamis dan menemukan lokasi ideal untuk berbuka: Saung Makan Bakar Ikan Zorojoy di Jalan Panamun, hanya dua km dari stasiun.
![]() |
Sebuah ifthar nan syahdu dalam payungan jingga senja.
Usai berbuka, perkulineran duniawi pun berputar kembali, mengitari kawasan alun-alun Ciamis yang sudah kembali riuh setelah pandemi. Berujung dengan obrolan hingga larut malam bersama Kang Pendi, pemilik Jagung Bakar Cikajang-2. Sebuah potret kegigihan usahawan mandiri, kenyang asam garam perantauan hingga tenang bersemayam, mukim di tanah kelahiran, di kaki Gunung Galunggung.
"Alhamdulillah, yang besar sudah dinas di Polres Karawang. Hasil dari usaha jagung bakar ini," tutur Kang Pendi semringah, perihal sulung dari tiga buah hatinya.
Saat ia memberesi lapak dagangannya, saya pun bersijingkat menuju stasiun mencegat KA Kahuripan menuju Solo.
Seporsi Nasi Dadar Telur Kulit Ayam dan segelas teh premium ala Reska menjadi menu sahur pertamaku di atas kereta, Ramadhan ini.
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum