Pemerintah China menuduh Amerika Serikat berada di balik protes keras masyarakat soal kebijakan lockdown di Shanghai terkait pandemi COVID-19.
China menuduh Amerika Serikat dengan sengaja memerintahkan staff konsulat mereka untuk meninggalkan Shanghai begitu kebijakan lockdown diterapkan. Mereka juga menuduh Negeri Paman Sam mengompori situasi jadi semakin panas di kalangan masyarakat.
Amerika Serikat bahkan mengeluarkan Travel Advisory yang menyarankan warga negara AS untuk mempertimbangkan kembali rencana mereka untuk berpergian ke seluruh wilayah China.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kota paling padat penduduk di China sekarang sedang dalam situasi kacau dan tidak menentu selama beberapa pekan. Ada banyak penduduk yang tidak dapat akses kebutuhan pokok seperti makanan dan obat-obatan," demikian penggalan Travel Advisory itu, seperti dikutip dari CNN, Rabu (27/4/2022).
Kementerian Luar Negeri China menyatakan pihaknya sudah mengajukan protes secara resmi kepada pihak AS soal tuduhan-tuduhan itu.
"Kami menyatakan sangat tidak puas dengan politisasi dan evakuasi yang dilakukan oleh pihak Amerika Serikat," ujar Zhao Lijian, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China.
Zhao menegaskan kebijakan lockdown yang diambil oleh pemerintah China sudah terbukti secara ilmiah efektif untuk menanggulangi pandemi COVID-19.
"Semua bukti menyatakan gelombang baru COVID-19 di China berada di bawah kendali," Zhao menambahkan.
Namun kenyataannya, selama beberapa pekan terakhir, kenaikan kasus positif COVID-19 tak hanya terjadi di Shanghai saja, melainkan sudah melebar ke kota-kota lainnya seperti Hangzhou dan Ningbo di provinsi Zhejiang.
Kota Haining di provinsi Zhejiang dan kota Kunshan di provinsi Jiangsu sampai di-lockdown gegara kasus positif COVID-19 di sana terus naik.
(wsw/fem)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan