Pantai Amahami di Kota Bima sempat viral karena berubah jadi coklat. Ternyata cemaran ini mulai terlihat dua hari sebelum viral.
Limbah mengubah Pantai Amahami, Kota Bima, NTB, jadi mirip gurun pasir. Laut yang harusnya hijau kebiruan seakan disulap jadi air cappucino.
Perubahan pantai ini viral pada dan mulai diberitakan pada tanggal 27 April lalu. Namun ternyata proses pencemaran ini tak terjadi dalam semalam.
Melalui wawancara bersama Widodo S. Pranowo, Peneliti Ahli Utama Bidang Oseanografi Terapan dan Manajemen Pesisir, Pusat Riset Iklim dan Atmosfer (PRIMA), Organisasi Riset Kebumian dan Maritim (ORKM), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), detikTravel mendapat informasi terkait perkembangan laju pencemaran ini.
"Fenomena kemunculan hamparan 'Brown Substance' di perairan pantai Kota Bima diduga kuat berhubungan erat dengan kondisi geografis Teluk Bima yang mempengaruhi kondisi hidro- oseanografi perairan Teluk Bima," ujar Widodo.
Teluk Bima sendiri berada di Pulau Sumbawa, dengan mulut teluk menghadap ke arah Utara dan berhubungan dengan Laut Flores. Mulut teluk cukup lebar, namun kemudian menyempit ketika menuju ke selatan, dan sedikit melebar di sisi dalam teluk, sehingga menyerupai kantong.
Panjang teluk diestimasi sekitar 24 kilometer dari mulut hingga ujung bagian dalam teluk. Lebar teluk terpendek adalah kurang dari 1 kilometer di bagian leher teluk, dan lebar terpanjang sekitar 5 kilometer di bagian dalam teluk.
Kedalaman laut di sisi mulut teluk berkisar 200 hingga lebih dari 900an meter. Kedalaman semakin mendangkal ketika masuk ke dalam wilayah teluk, dengan kedalaman laut antara 11 hingga 18 meteran.
Teluk Bima juga diapit oleh dataran tinggi pegunungan baik di sisi barat dan sisi timurnya. Ini jelas mempengaruhi kondisi angin yang bersirkulasi di atas Teluk Bima. Angin yang bersirkulasi di angkasa Teluk Bima cenderung kalem hingga berhembus ringan.
"Fenomena 'Brown Substance' di permukaan laut terdeteksi oleh citra satelit secara jelas pada tanggal 26 dan 28 April 2022. Namun sepertinya, dari citra satelit, bibitnya sudah mulai muncul sejak tanggal 25 April 2022, walaupun terlihat masih tipis di lepas pantai Kota Bima, kemudian semakin tebal dan jelas pada 26 April 2022," ungkapnya.
Pada tanggal 27 April 2022, berdasarkan foto-foto unggahan netizen di twitter, kondisi 'Brown Substances' sudah semakin meluas dan menutupi hingga tepian Pantai Kota Bima yang berada di sisi timur Teluk Bima.
Kemudian pada 28 April 2022, 'Brown Subtance' tersebar ke arah barat, menyeberangi Teluk Bima, mendekati pantai barat dari Teluk Bima.
"Sebaran tersebut diduga dikarenakan adanya dorongan dari angin yang datang dari arah timur-laut dan timur dengan kecepatan 1-2 meter per detik," katanya.
"Apabila 'Brown Subtance' tidak segera dibersihkan dalam waktu dekat, dikhawatirkan akan semakin menyebar luas di bagian dalam Teluk Bima."
Widodo menjelaskan bahwa Dugaan ini didasarkan kepada kondisi fase kuartal terakhir dari bulan (last-quarter moon) yang akan terjadi pada 30 April 2022 pukul 16:36 WIT, dan fase bulan baru (new moon) yang akan terjadi pada 1 Mei 2022 sekitar pukul 17.17 WIT.
"Akibat gaya bulan tersebut, maka diperkirakan kondisi permukaan laut Teluk Bima cenderung sangat tenang, arus sangat lambat atau bahkan tidak ada arus sama sekali yang keluar dari Teluk, sehingga 'Brown Substance' akan tetap berada di dalam Teluk Bima dalam jangka waktu yang cukup lama," jelasnya.
Sementara itu menurut tim Dinas Lingkungan Hidup yang melakukan pengamatan telah menemukan fakta tentang fenomena itu. Benda padat cair yang mengotori laut Bima itu rupanya mengandung virus dan bakteri.
"Berdasarkan artikel ilmiah yang saya baca terkait dengan fenomena 'Brown Substance' di Turki, dikenal dengan nama 'Sea Snot'. Cemaran ini berdampak kepada kematian massal ikan dan menimbulkan gatal-gatal pada kulit wisatawan yang memaksa tetap berenang di perairan pantai Turki," jelas Widodo.
Simak Video "Video KPAI: Harus Ada Efek Jera Buat yang Fasilitasi Perkawinan Anak"
(bnl/ddn)