Pemerhati Sosmed Sayangkan Aksi Warga +62 Banjiri Ulasan Sungai Aare

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Pemerhati Sosmed Sayangkan Aksi Warga +62 Banjiri Ulasan Sungai Aare

BBC Indonesia - detikTravel
Kamis, 02 Jun 2022 14:53 WIB
Ridwan Kamil memantau pencarian Eril yang hilang di Sungai Aare, Swiss
Foto: Dok. KBRI Bern
Jakarta -

Aksi warganet Indonesia membanjiri ulasan Sungai Aare, Bern, Swiss, di Google Maps menjadi sorotan sejumlah media Eropa. Fenomena itu menunjukkan tidak adanya etika dalam bermedia sosial.

Dikutip dari BBC, Kamis (2/5/2022) salah satu pemerhati media Pengamat media sosial Enda Nasution menyayangkan reaksi beragam netizen menyikapi insiden yang menimpa putra Ridwan Kamil, Emmeril Khan Mumtadz. Enda memandang komentar-komentar yang aneh dan ulasan buruk itu bagian dari ekspresi emosional publik Indonesia.

Kendati begitu, Enda tak bisa memungkiri bahwa warganet di Indonesia, perlu literasi digital.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Di satu sisi iya kita punya suatu isu tentang kesantunan dan kesopanan, bagaimana kita berinteraksi di media sosial, tapi di sisi lain, menurut saya ada konteks yang berbeda dari komentar negatif di Aare river itu, karena ini bagian dari sebuah peristiwa yang menurut saya sangat tragis dan sangat tidak biasa," kata Enda.

"(Itu adalah) kesedihan, mungkin keterkejutan atau keheranan masyarakat bisa terjadi musibah seperti ini," ujar Enda kemudian.
Komentar Enda mengemuka setelah warga +62 - julukan untuk netizen Indonesia - menyerbu laman Sungai Aare di pencarian Google, meninggalkan komentar negatif dan rating buruk, seakan-akan arus sungai sepenuhnya harus disalahkan atas tragedi itu.

ADVERTISEMENT

Emmeril Khan Mumtadz, yang akrab disapa Eril, tiba-tiba terbawa arus di Sungai Aare - yang menjadi salah satu destinasi wisata di Bern, Swiss - saat berenang bersama saudara perempuan dan teman-temannya pada Kamis (26/05). Ia berada di negara itu untuk mengejar gelar pascasarjana.

Pencarian pria berusia 23 tahun itu hingga kini masih dilakukan pihak berwenang Swiss, lima hari setelah Eril dinyatakan hilang.
Terbaru, di tengah pencarian putranya di Swiss, Ridwan Kamil bertemu dengan warga Swiss yang pada saat kejadian membantu adik perempuan Eril dan temannya naik ke daratan dari arus sungai yang deras.

Kabar hilangnya Eril yang tiba-tiba memicu banyak warganet memberikan simpatinya pada keluarga Ridwan Kamil.
Akan tetapi, seiring dengan pencarian Eril yang berlangsung selama berhari-hari, simpati itu beralih menjadi aksi warganet yang memberikan ulasan buruk terhadap Sungai Aare di Google.

Selain rating buruk, sejumlah warganet juga memberikan komentar tentang sungai tersebut, dengan beberapa di antaranya menyebut sungai itu "tidak ramah untuk turis", "memakan korban", bahkan "tempat makan tumbal".

Komentar lain yang tidak relevan juga bertebaran di laman pencarian sungai itu.

Salah satu komentar warganet berkata, "bagusan sungai Ciliwung ke mana-mana", dan "kecewa sudah buat kang Ridwan Kamil sedih".

Komentar-komentar semacam itu kontan menuai respons dari publik Indonesia, yang menganggapnya sebagai "minim empati" dan "miskin edukasi".

Pengguna Twitter lain menyinggung fenomena ini dengan fakta bahwa Indonesia dipandang sebagai "pengguna internet paling tidak sopan".

Hasil riset Microsoft dalam laporan bertajuk 'Digital Civility Index (DCI)' menempatkan netizen Indonesia pada peringkat 29 dari 32 negara untuk tingkat kesopanan netizen di Asia Tenggara.

Aksi netizen Indonesia pun menjadi sorotan sejumlah media Eropa yang meliput insiden tersebut.

Blick, media Swiss berbahasa Jerman pun menerbitkan artikel tentang "ulasan buruk Google untuk Aare" pada 28 Mei lalu.

Media itu menganggap banyaknya pengguna Indonesia yang memberikan ulasan dan rating yang buruk terhadap Sungai Aare sebagai "sangat tidak masuk akal" dan mengungkit sejumlah komentar yang berbicara tentang "penunggu".

Tapi media itu juga mengungkap bahwa komentar yang berseberangan juga bermunculan dari publik Indonesia, dengan beberapa di antaranya mengatakan, tidak ada yang dapat dimintai pertanggungjawaban atas insiden tersebut.

Serupa, media daring berbahasa Jerman 20min juga mengulas reaksi masyarakat Indonesia tentang insiden tersebut, tapi menegaskan, "beberapa peringkat bintang lima baru juga dapat ditemukan" dari publik Indonesia.

Pengamat media sosial Enda Nasution "menyayangkan" reaksi beragam netizen menyikapi insiden yang menimpa putra Ridwan Kamil, namun memandang komentar-komentar yang aneh dan ulasan buruk itu "bagian dari ekspresi emosional" publik Indonesia.
Kendati begitu, Enda tak bisa memungkiri bahwa warganet di Indonesia, "perlu literasi digital".

Enda mengatakan literasi digital berkaitan dengan kemampuan untuk "membedakan opini dan fakta" dan mencari informasi yang menyeluruh di dunia maya.

"Kadang memang ada saat (di mana) netizen Indonesia itu enggak baca, dia cuma respons dari headline-nya saja," jelas Enda.
"Secara umum, literasi digital itu perlu ditingkatkan," ujarnya kemudian.



Simak Video "Momen Haru Ridwan Kamil ke Sungai Aare Kenang Eril"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads