Kenaikan harga yang diusulkan pemerintah Indonesia untuk Borobudur mendapat reaksi cepat secara online.
Stuart McDonald, salah satu pendiri Travelfish, sebuah situs perjalanan tentang Asia Tenggara, menyoroti bahwa wisatawan asing hanya menyumbang minoritas kecil dari total pengunjung Candi Borobudur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pentingnya kenaikan harga ini muncul tiba-tiba dan tampaknya agak kurang dipertimbangkan," kata McDonald.
"Candi Borobudur adalah daya tarik utama di Indonesia dan sering disebut-sebut sebagai daya tarik Pulau Jawa, jadi orang harus waspada dengan melebih-lebihkan pentingnya wisatawan asing bagi kelayakan finansial Borobudur," terang dia.
"Pertanyaan yang lebih penting mungkin [apakah] pelancong asing akan mengurangi waktu mereka di Yogyakarta, atau menghapus perjalanan di dalam kota sepenuhnya dari rencana mereka. Saya akan dengan hati-hati mengatakan ya. Efek riaknya bisa signifikan," lanjutnya.
Bahkan dengan kenaikan harga yang mulai berlaku pada tahun 2017, penjualan tiket di Angkor Wat masih mengalami lonjakan besar tahun itu, mencapai lebih dari USD 100 juta dan menghilangkan ketakutan pengamat bahwa kenaikan harga akan membuat orang asing enggan mengunjungi situs tersebut.
Tapi apakah Borobudur akan melihat efek yang sama?
Warga sekitar yang bekerja sebagai guide di sana, Ade Wijasto, meragukannya.
"Kenaikan harga tiket hanya akan membuat orang enggan mengunjungi Borobudur," kata Ade, seorang pemandu wisata, kepada CNN, seraya menambahkan bahwa banyak pemandu Candi Borobudur yang kehilangan pendapatan dalam jumlah besar karena kurangnya wisatawan selama pandemi.
"Banyak dari kita masih dalam pemulihan. Kami pikir pembukaan kembali Candi Borobudur akan menjadi kabar baik, tetapi pemerintah hanya memperburuk keadaan," katanya.
(msl/ddn)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!