Balai Konservasi Borobudur (BKB) menunjukkan adanya kerusakan di tangga dan relief Candi Borobudur. Pengunjung yang berdesakan di lorong jadi salah satu penyebab.
"Kalau ruang, space-nya nggak dikontrol physical carrying capacity, otomatis ketika di lorong misal cukupnya hanya untuk dua orang terus dipaksa orang enam, otomatis yang empat lainnya mesti entah sengaja atau nggak nggesek batu relief (aus)," kata Ketua Pokja Pemeliharaan Candi Borobudur, Balai Konservasi Borobudur (BKB) Bramantara di sela-sela workshop penyiapan bahan upanat di Balkondes Tuksongo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Selasa (7/6/2022).
Bramantara mendorong adanya manajemen pengunjung di Candi Borobudur. Perlu ada pembatasan pengunjung di salah satu situs warisan dunia ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia juga menyoroti kerusakan di bagian tangga dan relief Candi Borobudur yang aus. Bagian tengah anak tangga lah yang paling sering tergerus akibat banyaknya pengunjung.
"Otomatis bagian itu yang tergerus lebih besar. Ada yang 3-5 sentimeter ada. Tangga naik atau turun sama," terang Bram.
"Kalau rata-rata per tahun itu tergantung jumlah pengunjung yang naik. Kita hitungannya per 1 kali gesekan 5,5 x 10 pangkat min 10. Menghasilkan kikisan sebesar itu (0,04 cm). Per satu kali gesekan, tinggal dikalikan saja jumlah pengunjung," terang dia.
---
Artikel ini telah tayang di detik Jateng, untuk info selengkapnya klik di sini
(elk/elk)
Komentar Terbanyak
Pesawat AirAsia Salah Mendarat, Penumpang Kaget-Pramugari Bingung
Pesona Patung Rp 53 Miliar di Baubau, Sulawesi Tenggara Ini Faktanya!
Buntut Insiden Pembakaran Turis Malaysia, Thailand Ketar-ketir