Seorang traveler dari Selandia Baru menceritakan pengalaman liburannya ke Amerika Serikat. Di sana dia positif kena COVID-19, tapi tak ada orang yang peduli.
Ashlyn Oswalt sudah 3 tahun tidak berpergian ke Amerika Serikat mengunjungi keluarganya. Begitu pintu perbatasan dibuka, gadis yang tinggal di Selandia Baru ini pun tak menyia-nyiakan kesempatan untuk liburan ke Negeri Paman Sam.
Apesnya, baru seminggu liburan ke AS, Ashlyn dan pasangannya merasakan sakit tenggorokan. Yang pertama merasakan adalah sang kekasih. Namun setelah menjalani tes Antigen, mereka berdua dinyatakan negatif.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka berpikir mungkin dengan istirahat semalam, besoknya kondisi badan sudah membaik. Namun, keesokan paginya, gejala yang dirasakan keduanya malah makin parah.
Setelah menjalani tes, baru diketahui keduanya positif tertular COVID-19. Ashlyn pun menghubungi Departemen Kesehatan dan juga CDC. Mereka pun menyuruh Ashlyn dan pasangannya untuk isolasi mandiri selama 5 hari.
Namun ternyata cuma itu saja yang disampaikan oleh CDC dan Departemen Kesehatan AS. Tidak ada apa-apa lagi yang disampaikan oleh otoritas terkait. Ashlyn pun mulai khawatir tentang bagaimana mereka akan kembali ke Selandia Baru.
"Tidak ada data resmi tentang berapa kasus positif di AS seperti di Selandia Baru. Kami bahkan tidak memiliki catatan kapan kami pertama kali positif. Jika kami masih positif sebelum terbang, bagaimana kami membuktikan bahwa kasus kami sudah lama terjadi?" keluh Ashlyn, seperti dikutip dari Stuff NZ, Selasa (14/6/2022).
Ashlyn menilai mereka sama sekali tidak diperhatikan. Tidak ada yang memberi tahu kapan mereka harus menemui dokter. Tidak ada yang bisa memberikan jawaban yang memuaskan bagi mereka.
Akhirnya Ashlyn malah mengontak Pusat Covid-19 Selandia Baru. Dia memasukkan data hasil tes positifnya dan malah mendapat bantuan dari sana.
Beruntungnya gejala COVID-19 yang diderita Ashlyn dan pasangannya juga mulai membaik. Mereka akhirnya bisa kembali pulang ke Selandia Baru.
"Kami akhirnya dites negatif. Kekhawatiran kami reda. Tapi kami tidak tahu kapan akan bisa ke sini lagi. Pengorbanan untuk ke sini sangat sulit," pungkas Ashlyn.
(wsw/fem)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol