Akan tetapi Teguh tak sepenuhnya percaya pada data itu. Menurutnya, dampak di lapangan tak sesuai dengan besaran angka yang diklaim PDAM Malang.
"Pada titik-titik rumah pompa penyedotan air tidak pernah ada data verifikasi resmi dengan pelibatan masyarakat dalam mengukur keluaran debit dengan alat yang valid," dia menjelaskan.
"Kenyataan di lapangan, eksploitasi yang dilakukan begitu masif dan sporadis, melebihi kemampuan daya dukung kawasan. Ini menyebabkan kehancuran ekosistem, tradisi dan kearifan lokal, banyak sumur warga yang mengering, dan mematikan pencaharian," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Tak sampai di situ, pada 2019, PDAM Kabupaten Malang juga ikut-ikutan mengambil air dari Wendit. Teguh bersama masyarakat Desa Mangliawan pernah menghadang proyek itu.
"Sejak 2019 itu justru semakin hancur. Sejak PDAM Kabupaten Malang ikut-ikutan ambil air dari kolam besar di dalam Wisata Wendit. Debit air yang diambil 225 liter per detik," ujarnya.
Penyedotan air yang masif ini membuat tinggi air di Wendit turun. Akibatnya wisata perahu saat ini tak dapat beroperasi, juga warga yang menjalankan budidaya ikan mengalami kesulitan.
Simak Video "Video: Tampang Pembunuh Wanita di Losmen Kota Malang"
[Gambas:Video 20detik]
(pin/fem)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!