Kepala Balai Taman Nasional Komodo, Lukita Awang Nistyantara, menegaskan tidak ada proyek pembangunan Jurassic Park di wilayahnya. Yang ada adalah pembangunan sarana dan prasarana wisata.
"Tidak ada pembangunan Jurassic Park di Taman Nasional Komodo. Ini peningkatan sarpras wisata. Penyebutan Jurrasic Park itu latah saja, ada yang bertanya, tetapi kemudian malah istilah itu terus dibawa-bawa," kata Awang dalam perbincangan dengan grup detikcom.
Istilah TN Komodo disebut bakal dibangun menjadi Jurassic Park muncul pada 2020. Saat itu, viral foto seekor Komodo mengadang truk. Tidak sekali atau dua kali, komodo berpapasan dengan alat berat muncul beberapa kali di media sosial.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Apa Masih Bisa Selamat Usai Digigit Komodo? |
Pembangunan di TN Komodo pun dikecam dan muncul petisi di change.org yang mendesak pemerintah mencabut izin pembangunan proyek Jurassic Park melalui asing atau swasta di TN Komodo.
UNESCO bahkan sempat menegur Indonesia. Kepala departemen warisan alam badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk urusan pendidikan dan kebudayaan tersebut, Guy Debonnet, pada Desember 2021, menyebut pemerintah Indonesia tidak transparan soal kajian proyek wisata yang dikhawatirkan memiliki dampak negatif terhadap lingkungan dan habitat komodo di pulau tersebut.
UNESCO juga menyuarakan kekhawatiran atas proyek Taman Nasional Komodo soal pembangunan infrastruktur yang akan menghabiskan satu per tiga dari total luas alam liar di taman nasional tersebut. Selain itu, UNESCO prihatin soal penilaian dan analisis pemerintah yang minim soal dampak lingkungan dari proyek tersebut, terutama terkait target menarik pengunjung dalam jumlah banyak.
Awang menyebut pembangunan di TN Komodo tidak bisa dilakukan semena-mena. Sebab, TN Komodo merupakan kawasan konservasi yang penataannya dibagi menjadi tiga zonasi. Ketiga zonasi itu yakni, zona inti, zona rimba dan zona pemanfaatan. Nah, pembangunan sarpras wisata itu berada pada zona pemanfaatan.
Awang bilang luas lahan yang saat ini tengah dibangun sarpras wisata tidak luas. Sebagai gambaran, di Pulau Rinca luas lahan yang dijadikan sarpras wisata 500 hektare dari total luas 20.000 hektare.
"Hanya 0,01 persen. Di zona inti tidak ada apa-apa," kata Awang.
Baca juga: Terpopuler: Digigit Komodo Harus Amputasi? |
Awang juga memastikan di TN Komodo tidak dibangun penginapan komersil. Di sana nantinya ada penginapan, tetapi hanya dipakai untuk kalangan terbatas.
"Penginapan ada, tetapi bukan untuk wisatawan. Penginapan di sana untuk ranger, naturalist guide (pemandu wisata lokal), dan para peneliti. Itu saja," kata Awang.
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025