Ditolak Naik Pesawat dengan Alasan Tidak Masuk Akal, Turis Batal Liburan

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Ditolak Naik Pesawat dengan Alasan Tidak Masuk Akal, Turis Batal Liburan

bonauli - detikTravel
Kamis, 14 Jul 2022 12:24 WIB
Maskapai Virgin Australia kolaps akibat pandemi Corona. Saat ini, banyak armada Virgin yang dikandangkan.
Pesawat Virgin Australia (AP/Darren England)
Perth -

Mimpi buruk penumpang pesawat terus berlanjut di Australia. Kali ini, seorang pria ditolak masuk ke pesawat dengan alasan yang tidak masuk akal.

Dilansir dari Australia News, pria ini adalah Jackson Howell yang adalah petugas pemadam kebakaran. Dirinya hendak melakukan perjalanan dari Perth ke Melbourne dengan Virgin Australia.

Howell tidak sendirian. Dirinya pergi bersama rombongan untuk melakukan perjalanan snowboarding selama seminggu di Gunung Hotham. Mereka mengambil penerbangan pagi, pukul 06.00 waktu setempat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Semua berjalan lancar, sampai mereka masuk ke pesawat. Tiba-tiba saja, Howell dan seorang temannya tidak diperbolehkan masuk dengan alasan yang tidak masuk akal.

"Salah satu teman saya dan saya sampai di gerbang dengan tiket dan barang bawaan kami. Kemudian diberi tahu dengan cara yang sangat acuh tak acuh 'sayang sekali, kami tidak naik karena mereka memesan penerbangan terlalu banyak'," kata Howell.

ADVERTISEMENT

Howell masih terus berusaha, namun nampaknya dewi fortuna belum berpihak pada mereka. Bahkan salah satu penyelia yang sudah mereka kenal berpura-pura tidak mengenali mereka dan menutup semua penerbangan.

Tak ada cara lain, pikir Howell. Dirinya pun mengesampingkan gengsi dan mulai memohon pada petugas bandara untuk bisa terbang hari itu. Karena semua akomodasi Melbourne malam itu sudah mereka booking.

Ada sedikit harapan, Howell diberitahu bisa melakukan penerbangan jam 6 sore. Howell merasa menunggu bukanlah masalah. Parkir bandara sudah dibayar untuk seminggu dan dia tidak memesan hotel di sekitar sana.

Hati Howell kembali hancur. Saat itu pukul 18.20 dan tiba-tiba saja penerbangan kembali dibatalkan. Penantian selama 15 jam di bandara tak berakhir mulus.

"Kami diperlakukan seperti sampah. Staf sangat kasar, mereka tidak ingin memberi kami pilihan sama sekali untuk penerbangan lain," katanya.

Liburan ini jadi yang pertama setelah dua tahun masa pandemi. Tiket yang sudah dibeli tak bisa kembali. Tak ingin cutinya sia-sia, Howell pun memutuskan untuk membeli penerbangan lain.

"Kami harus membeli penerbangan mahal dengan Qantas untuk (Jumat) pagi ini," ucapnya.




(bnl/ddn)

Hide Ads