Rongsokan kapal laut peninggalan Belanda berumur ratusan tahun ditemukan di Pantai Dedalpak. Warga pun geger.
Anggota Pokdarwis Pondok Kerakat, Desa Pohgading, Kecamatan Pringgabaya, Lombok Timur, segera melaporkan temuan itu kepada pemerintah dan instansi terkait. Mereka akan memastikan serpihan kayu yang diduga kapal laut tersebut.
"Kita sudah berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan instansi terkait, untuk memastikan serpihan kayu kapal itu," kata Asri, anggota Pokdarwis Pondok Kerakat, dan dikutip dari Antara, Senin (18/7/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Alhamdulillah, kemarin sudah dipasang garis police line di lokasi oleh Kapolsek Pringgabaya, supaya masyarakat tidak mendekat," dia menambahkan.
Menurut informasi yang diterima oleh Asri dari para orang tua dan tokoh masyarakat setempat, kemungkinan kapal tersebut peninggalan Belanda atau kapal China membawa harta karun yang tenggelam di wilayah itu.
"Menurut cerita dari orang tua kami, ada dua kemungkinan bongkahan kapal itu. Yakni, peninggalan Belanda atau kapal China yang tenggelam pada zaman itu. Cerita ini, diceritakan oleh nenek moyang kami turun temurun," kata Asri.
Lokasi penemuan serpihan kapal itu merupakan bekas Labuhan Damar yang masuk pada kawasan Bangsal Poh Gading di era tahun 1857 Masehi.
Selain kayu serpihan kapal, sejumlah benda lain ditemukan. Di antaranya piring kuningan.
"Lokasi itu bekas pelabuhan dagang dan pangkalan militer. Ini menurut referensi dari teman kita Gegen," kata dia.
Kini, serpihan kapal itu menjadi obyek tontonan masyarakat karena penasaran. Apalagi, penemuan serpihan kapal itu bukan kali pertama. Empat bulan lalu, warga juga menemukan rongsokan kapal laut, sayangnya, sebagian kayu, besi dan barang lainnya di dalam kapal dijarah. Untuk mendapatkan kayu, masyarakat menggunakan mesin pemotong sebagai upaya penjarahan.
Asri pun bertindak. Dia kuatir andai rongsokan kapal itu benar-benar kapal laut di zaman Belanda maka jejaknya akan hilang begitu saja.
"Apa yang diceritakan oleh kakek buyut kita selama ini benar adanya. Juga, ini sebagai langkah awal pemerintah dan ahli arkeolog untuk meneliti keberadaan rongsokan kapal itu," kata Asri.
Ia pun meyakini masih banyak benda peninggalan dalam kapal tertimbun pasir, karena lokasinya merupakan bangsal atau pelabuhan perdagangan di era Belanda menguasai Indonesia.
"Areal temuan itu masuk kawasan penambangan pasir besi, saat ini menjadi kolam pengerukan. Namun karena tanggul atau pembatasnya jebol dihantam ombak, sehingga airnya surut itulah yang memunculkan kayu berbentuk moncong kapal laut," tutur Asri.
Senada yang disampaikan oleh salah satu tokoh masyarakat Desa Pohgading, Satriawan. Ia mengaku pernah mendapatkan kisah dari almarhum neneknya bahwa ada beberapa kapal tenggelam di lokasi tersebut ratusan tahun lalu.
"Almarhum nenek saya pernah menceritakan kami soal kapal laut yang tenggelam di sana, nenek saya pun dapat cerita dari neneknya. Meski demikian, kami tidak berani memastikan kebenaran ceritanya," ujar Satriawan.
Satriawan mengatakan, berdasarkan peta Belanda tahun 1857-1879, lokasi penemuan itu menjadi sentral pedagang dan militer. Terbukti dengan adanya bekas nama bangsal Poh Gading.
Adapun upaya yang dilakukan oleh tokoh masyarakat dan anggota Pokdarwis setempat. Para anggota Pokdarwis bergantian menjaga lokasi itu, bagi masyarakat yang ingin menjarah kapal tersebut tidak berani.
"Rongsokan kapal itu kita mau angkat dan dijadikan sebagai cagar budaya, " kata Satriawan.
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!