Tradisi pacuan kuda sudah melekat di kalangan masyarakat Bima dan Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB). Kegiatan ini tetap eksis meski ada pro dan kontra mengenai eksploitasi anak di dalamnya.
Keberadaan mereka dapat traveler temui di arena Pacuan Kuda Lemba Kara, Desa Lepadi, Kecamatan Pajo, Kabupaten Dompu. Ratusan pecinta pacuan kuda memadati arena ini untuk melombakan kuda-kuda mereka.
"Ini bukan event, tapi ini adalah sesi latihan atau training kuda," kata salah seorang pemilik Kuda dari Dompu, Darwis pada detikBali, Minggu (24/7/2022).
Para pemilik kuda akan memadati arena Pacuan Kuda Lemba Kara sejak subuh setiap hari Minggu. Mereka bukan hanya dari wilayah Dompu, namun ada juga yang berasal dari kota dan Kabupaten Bima bahkan dari Kabupaten Sumbawa.
"Ada yang dari Bima, dari Sumbawa juga ada yang datang untuk latihan. Kuda-kuda mereka di lombakan dengan kuda-kuda lain," ujar Darwin.
Sesi latihan ini tidak jauh beda dengan lomba atau event sungguhan (perebutan juara). Kuda-kuda akan ditunggangi oleh anak kecil yang berusia antara 4-8 tahun yang disebut dengan joki cilik.
Peralatan yang mereka gunakan pun sama seperti saat penyelenggaraan event kejuaraan yakni joki dilengkapi dengan peralatan cambuk, helm pengaman, serta ada dukun (sando jara dalam Bahasa Bima-Dompu).
detikBali berkesempatan melihat langsung sesi latihan ini di arena Pacuan Kuda Lemba Kara. Antusias pemilik kuda, para joki dan penonton menambah keseruan sesi latihan ini.
Kuda-kuda yang dilatih dilepas bersamaan dengan para joki cilik yang menungganginya pada titik start. Mereka akan beradu kecepatan satu sama lain. Tak jarang di antara para joki terjatuh dan terlempar dari punggung kuda.
Namun tak ada yang terluka atau mengalami cedera. Usai terjatuh, para joki akan kembali menunggangi kuda yang lain hingga selesai.
Simak Video "Menjelajahi Desa Pengumpul Madu Hutan di Sumbawa"
(msl/msl)