Labuan Bajo Rusuh Akibat Tiket Mahal ke Komodo, Sandiaga Buka Suara

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Labuan Bajo Rusuh Akibat Tiket Mahal ke Komodo, Sandiaga Buka Suara

Femi Diah - detikTravel
Rabu, 03 Agu 2022 07:12 WIB
Menparekraf Sandiaga Uno
Menparekraf Sandiaga Uno (Foto: dok. Kemenparekraf)
Jakarta -

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno merespons boikot dan kericuhan akibat tarif baru masuk Taman Nasional Komodo senilai Rp 3,75 juta. Apa katanya?

Pelaku wisata di Labuan Bajo tengah mogok menolak tarif baru untuk masuk Pulau Komodo dan Pulau Padar di Labuan Bajo, Nusa Tennggara Timur (NTT) itu. Nominal itu dinilai terlalu mahal dan diprediksi bisa menjadi bumerang bagi wisata Labuan Bajo.

Opsi lebih murah bagi wisatawan untuk pelesiran di kawasan TN Komodo adalah di Pulau Rinca. harga tiket masuknya Rp 75 ribu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Yang saya hormati masyarakat pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif, masyarakat luas dan terutama yang ada di Labuan Bajo, NTT, kami mengapresiasi masukan aspirasi pemangku kepentingan beberapa hari ini dan menjadi bahan masukan yang nanti akan kami koordinasikan. Kami mendapatkan informasi dari bapak gubernur bahwa dukungan dan situasi sekarang makin kondusif oleh karena itu kami mengapresiasi," kata Sandiaga dalam pernyataan resmi Rabu (3/8/2022).

"Aspirasi yang disampaikan tentunya akan membuat upaya kami untuk mensosialisasikan dan mengedukasikan kebijakan konservasi dan peningkatan ekonomi beriringan dengan apa yang pernah disampaikan Presiden Jokowi berkunjung ke Labuan Bajo minggu lalu menjadi pertimbangan langkah ke depan," dia menambahkan.

ADVERTISEMENT

"Kami memohon setiap pihak untuk menahan diri tetap tenang, berpikiran yang sejuk demi kebangkitan pariwisata dan ekonomi kreatif
harapan kita penataan yang dilakukan pemerintah dijaga infrastruktur yang sudah dibangun dirawat dengan baik, sampah dibuang pada tempatnya, dan penataan ini akhirnya akan menggerekkan kembali Labuan Bajo dan meningkatkan kunjungan wisatawan," kata Sandi lagi.

Ia mewanti-wanti agar polemik yang timbul karena upaya pembatasan dan biaya kontribusi masuk TN Komodo tidak menimbulkan narasi-narasi yang negatif sehingga mengurangi kunjungan wisatawan yang berkualitas dan berkelanjutan untuk Labuan Bajo.

"Kami akan terus berkoordinasi dan setiap update akan kami sampaikan kepada masyarakat," imbuh Sandiaga.

"Tentunya masukan aspirasi pandangan dari pemangku kepentingan akan terus kami tampung," kata dia.

Sandiaga menambahkan hal tersebut dilakukan agar sosialisasi dan edukasi yang diperlukan agar kebijakan ke depannya selalu beriringan antara fungsi konservasi dan peningkatan ekonomi. Selain itu ia juga akan mempertimbangkan kesejahteraan masyarakat.

Sebelumnya, Pemerintah Provinsi NTT telah menetapkan kebijakan biaya kontribusi yang mencakup tarif tiket masuk sebesar Rp3,75 juta per orang per tahun ke Pulau Padar, Pulau Komodo, dan wilayah perairan di sekitarnya.

Kebijakan itu mulai berlaku 1 Agustus 2022 dengan pengelolaan jasa wisata diambil alih oleh PT Flobamor sebagai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Pemerintah Provinsi NTT.

Kebijakan itu langsung menuai aksi mogok pelaku pariwisata di NTT. Aksi mogok yang dilakukan para pelaku pariwisata di Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT, berujung penangkapan terhadap sejumlah peserta aksi. Penangkapan oleh aparat bersenjata tersebut terjadi saat ratusan pelaku pariwisata di Labuan Bajo menggelar aksi bersih-bersih dan pungut sampah di Puncak Waringin, Labuan Bajo, NTT, Senin (1/8/2022) siang. Sejumlah orang dikabarkan mengalami luka-luka.

Ketua Asosiasi Dokumentasi Lokal di Manggarai Barat, Rio Prakoso menjelaskan para pelaku pariwisata di Labuan Bajo sepakat mogok dan menolak harga tiket masuk Taman Nasional Komodo (TNK) Rp 3,75 juta.

Terkait itu, para pelaku pariwisata di Labuan Bajo menggelar kegiatan pungut sampah di Puncak Waringin. Namun, aksi pungut sampah itu berubah menjadi mencekam ketika aparat berdatangan dan meminta mereka bubar.

"Kami hanya bersih-bersih dan pungut sampah, tapi aparat bersenjata tiba-tiba datang dan meminta bubar tadi siang sekitar pukul 12.00 Wita," kata Rio seperti dikutip detikBali.

Rio menyebut, belasan orang yang mengikuti kegiatan bersih-bersih tersebut bahkan dipukuli lalu ditangkap oleh petugas. Setelah penangkapan, beberapa pelaku pariwisata kemudian mendatangi kantor Polres Manggarai Barat. Mereka datang untuk bersolidaritas terhadap kawan yang ditangkap.

Namun, sekitar pukul 20.00 Wita, mereka kembali dibubarkan. Mereka diminta pergi dari kantor Polres Manggarai Barat. Sementara itu, beberapa kawan mereka masih ditahan oleh kepolisian.

"Tadi kami sempat datang ke Polres Manggarai Barat untuk bersolidaritas terhadap kawan-kawan yang ditangkap. Kami sebenarnya damai dan hanya duduk-duduk di depan kantor, tapi petugas kembali membubarkan," imbuh Rio.

Ketegangan pun kembali terjadi. Menurut Rio, aparat bahkan melakukan kekerasan saat membubarkan mereka. Bahkan, Rio menyebut dua orang temannya mengalami luka-luka akibat perlakuan aparat. "Teman saya jadi korban, ada dua orang," imbuhnya.

Sementara itu, Kepala Kepolisian Resor Manggarai Barat (Kapolres Mabar) AKBP Felli Hermanto sebelumnya memastikan situasi keamanan di wilayah hukum Polres Mabar tetap terjaga. Hal tersebut disampaikan terkait adanya rencana aksi yang akan dilakukan para pelaku pariwisata di Labuan Bajo per 1- 31 Agustus 2022.

"Keselamatan rakyat adalah hukum tertinggi. Tidak ada yang coba-coba untuk mengintimidasi maupun mengintervensi Kamtibmas di Manggarai Barat. Untuk itu, tidak ada toleransi bagi para pelaku gangguan kamtibmas di Wilayah Hukum Polres Mabar," kata AKBP Felli sebagaimana dikutip dari laman tribratanewsntt pada Senin (1/8/2022).




(fem/fem)

Hide Ads