Sejarawan Asep Kambali menyebut lomba-lomba perayaan HUT RI merupakan simbol penjajahan. Tradisi ini awet sejak zaman kolonial hingga sekarang.
Melalui Instagramnya @asepkambali, Asep mengutarakan pendapatnya mengenai lomba-lomba yang kerap diadakan untuk memperingati kemerdekaan Indonesia. Lomba-lomba seperti panjat pinang, makan kerupuk, hingga balap karung dinilai tak mengajarkan sejarah kemerdekaan yang harusnya diketahui masyarakat.
"Kenapa kita dibikin gak paham sejarah, gak tahu para pahlawan, gak mau belajar sejarah? Karena setiap kemerdekaan kita merayakannya dengan panjat pinang, balap karung dan makan kerupuk," kata Asep.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Apakah dengan panjat pinang, balap karung dan lomba makan kerupuk kita makin kenal para pahlawan, makin tahu jasa dan perjuangan para pahlawan bangsa? Tidak," sambungnya.
Asep justru menilai lomba-lomba yang selama ini dilakukan melanggengkan pemikiran kolonial.
"Balap karung simbol tanam paksa, karena pakai karung goni. Panjat pinang simbol penjajahan dan balap makan kerupuk simbol kemelaratan. Jadi pembodohan masal yang dilakukan sejak zaman kolonial kita lestarikan sampai hari ini," ujarnya.
Sementara itu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) RI melalui Instagram @ditjen.gtk.kemdikbud juga memaparkan tentang beberapa jenis lomba tradisional kemerdekaan memang diadaptasi dari zaman kolonial. Kemdikbud menyebut, lomba-lomba ini melambangkan semangat perjuangan.
Lomba HUT RI yang disebutkan antara lain adalah makan kerupuk, panjat pinang, balap karung, egrang, balap bakiak, dan tarik tambang. Dari lomba-lomba tersebut, yang paling menonjol unsur kolonialnya adalah makan kerupuk, balap karung, panjat pinang, dan egrang.
Kemdikbud menuliskan lomba makan kerupuk menggambarkan rakyat Indonesia yang mengalami kesulitan pangan di masa kolonial. Lalu panjat pinang sebagai hiburan bagi orang Belanda di Indonesia.
Kemudian balap karung juga menggambarkan kehidupan sulit di zaman penjajahan, termasuk masyarakat yang harus memakai pakaian dari karung goni. Dan egrang merupakan bentuk olok-olok masyarakat kepada orang Belanda yang bertubuh tinggi.
(pin/wsw)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum